ABSTRAK
Perkembangan pendidikan pada saat ini seperti teori kotruktivisme dan
multiple intelligence mengakibatkan kecenderungan baru pada masyarakat yang
menyebabkan perubahan besar pada pendekatan pembelajaran dan assesmen
tradisional. Untuk alasan ini, dibutuhkan pendekatan alternatif dalam teknik
assesmen yang digunakan untuk berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika,
ilmu alam, dan ilmu sosial dengan demikian diperlukannya portofolio. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan metode assesmen portofolio yang
biasanya digunakan pada pembelajaran kontekstuan baru-baru ini. Untuk mencapai
tujuan ini, beberapa inlembarasi mengenai portofolio seperti definisinya,
proses pengembangannya, pemilihan materinya, keuntungan dan kerugiannya akan
dijelaskan. Begitu pula, perbandingan antara assesmen portofolio dengan salah
satu metode tradisional dalam kaitannya pada aspek yang berbeda. Selanjutnya,
untuk mengembangkan metode assesmen portofolio secara efektif terdapat saran
yang telah disediakan.
PENDAHULUAN
Saat ini
perkembangan dan permintaan dalam sains dan masyarakat telah mempengaruhi
pendidikan. Khususnya teori seperti kontruktivisme dan multiple-intelligensi
dan kecenderungan baru dari masyarakat seperti pasar tenaga kerja, kebutuhan
informasi yang menghasilkan perubahan besar pada pendekatan tradisional dalam
pembelajaran, mengajar, dan assesmen. Sejak pendekatan pembelajaran berubah,
mempengaruhi juga prosedur dan pendekatan assesmen (Fourie & Van Niekerk,
2001). Sebagai contoh, tujuan utama dari pembelajaran akademis pada awalnya
menuntut siswa untuk mengetahui bebrapa bidang. Mulai dari pembelajaran sebagai
pengetahuan dasar menjadi sangat penting, pendekatan behaviorisme pada umumnya
menggunakan pembelajaran yang tradisional. Pada pendekatan pembelajaran ini,
pengetahuan hanyalah melulu tentang meringkas, dan proses “pembelajaran” serta “pengajaran”
dipandang sebagai proses individual, dan “pembelajaran” dipahami sebagai
kumpulan dari penyampaian stimulus-respon. Pelatihan dan latihan merupakan hal
penting dalam proses ini. Begitu pula, assesmen dari latihan itu sebagian besar
didasarkan pada pengetesan pengetahuan dasar. Karena, bukti dari pembelajaran
pada pendekatan ini biasanya diperlihatkan dari perubahan perilaku dan
peningkatkan jawaban benar pada test dan perubahan antara pre-test dan
end-test, test seperti pilihan ganda, benar salah, mencocokan soal digunakan
untuk assesmen. Pendekatan assesmen tradisional kebanyakan hanya medorong siswa
untuk mengingat urutan atau alogaritma daripada pengusaan konsep, dan tidak
fokus, membagi komponen dalam suatu bidang (Dochy, 2001). Juga, test ini
memberikan sedikit informasi yang berguna tentang pemahaman siswa dan
pembelajaran tidak cukup untuk menilai kemampuan kognitif yang lebih tinggi
seperti problem solving, berfikir kritis, dan pemaparan alasan (rimberg, 1993),
tidak dapat menjelaskan tentang kemampuan siswa dalam mengolah innformasi yang
relevan (Shepard, 1989), dan menilai apa yang mudah untuk test tentang ingatan
sebagai kemempuan pemahaman dan prusedur (Mumme, 1991).
Pada sisi yang
lain, kontriktivisme berdasarkan Piaget dan Vygotsky menjelaskan bahwa siswa
dapat memperoleh dan secara sosial dapat membangun pengetahuan dan
pemahamannya. Pendekatan ini lebih memberikan perhatiannya pada pembelajaran
siswa, kemempuan problem solving siswa, dan pembelajaran kolaboratif siswa
(Baki, 1994). Bagaimanapun, pada lingkungan pembelajaran yang baru ini siswa
tidak dapat dinilai dalam waktu singkat dengan menggunakan test pilihan ganda
(Mumme, 1991; Romberg, 1993). Oleh karena itu, dibutuhkan rentang yang lebih
luas dalam alat assesmen sehingga dapat menilai kemempuan siswa dalam problem
solving yang tak terbatas, dan berfikir kritis, analisis, pemberian alasan,
dapat juga menggunakan pengetahuan meraka pada masalah yang baru, dan untuk
ungkapan secara lisan dan tulisan. Selanjutnya, epistimologi kontruktivis
menuntut kita untuk menilai prestasi individual siswa dan prestasi siswa dalam
kelompok secara bersamaan selama proses pembelajaran (Shepard, 2000).
Pada saat ini, masyarakat membutuhkan siswa yang
memiliki kemampuan kognitif seperti problem solving, berfikir kritis, analisis
data, dan dapat menyajikannya secara lisan maupun tulisan dan sebagainya
(Dochy, 2001). Sejak masyarakat menuntut adanya kecenderungan baru,
perkembangan pembelajaran harus diperbaiki agar menjadi lingkungan belajar yang
lebih kuat. Untuk alasan ini, pendekatan assesmen yang lain dibutuhkan untuk
menilai proses belajar dan hasil belajar. Oleh karena itu, beberapa komunitas
seperti NCTM dan NRC menerbitkan sebuah standar tentang assesmen dan kurikulum.
The Assessment Standards for School Mathematics
(NCTM, 1995), mengajurkan penggunaan alat assesmen yang banyak dan kompleks
termasuk menulis, berbicara, dan lembaran demonstrasi, dan menganjurkan
assesmen tersebut harus memiliki kontribusi dalam pembelajaran siswa. Hal ini menyebabkan
teknik assesmen tersebut harus fokus
pada menilai dengan baik apa yang tidak diketahui oleh siswa. Rekomendasi ini
dapat dicapai dengan alternatif assesmen yang dapat mengukur prestasi dan
perkembangan siswa pada proses pembelajaran.
Salah satu metode alternatif yang digunakan dalam
pendidikan untuk penilaian prestasi individual maupun kelompok adalah
portofolio. Perlunya menggunakan portofolio didukung oleh berbagai penelitian
(Birgin, 2003; De Fina, 1992; Gussie, 1998; Micklo, 1997; Mumme, 1991; Norman,
1998;). Menurut merka, portofolio memberikan data yang terpercaya dan dinamis
mengenai siswa untuk guru, orang tua, dan juga untuk siswa tersendiri. Selain
itu, menggunakan metode assesmen ini di sekolah menengah memberikan informasi
yang jelas mengenai siswa dan mengatasi kelemahan mereka dan membantu
perancanaan perkembangan pengajaran guru .
Di Turki, Kementrian Pendidikan Nasional (MONE)
menyarankan penggunaan assesmen tersebur dengan tujuan untuk mengetahui
kelemahan siswa dan mengatasinya (MONE, 2004). Meskipun Kementrian Pendidikan
Nasional (MONE) sudah membuat berbagai saran, sikap guru dalam penggunaan pengukuran
dan assesmen menyebabkan berbagai macam masalah. Seperti halnya, hingga kini, kurangnya
pengetahuan pedagogis dan terbatasnya pelatihan menyebabkan terhambatnya guru
untuk bisa (Isman, 2005). Selain guru yang kerang mendapat inlembarasi dan
sumber mengenai bagaimana membuat assesmen atau bahan yang harus digunakan dan
metode assesmen yang memberikan guru inisiatif atau gagasan. Lagi pula,
kebiasaan dalam menggunakan metode pengukuran dan assesmen tradisional akan
menghambat pencarian kemampuan siswa dan pengembangan potensinya (Baki &
Birgin, 2002). Situasi ini juga menghambat penggunaan metode assesmen di
sekolah menengah sebagaimana yang telah disebutkan pada tujuan MONE.
Para guru di Turki biasanya mencoba untuk melakukan
kegiatan assesmennya sesuai dengan teori Bloom (1967) pada pembelajaran
disekolah yang ada pada program pengajaran. Bagaimanapun, kerugian dari
pendekatan ini adalah mengabaikan perbedaan kemampuan siswa dan perkembangan
potensialnya pada assesmennya (Cepni, 2006). Dengan demikian sesui dengan
perkembangan pendekatan pendidikan saat ini seperti kontruktivisme dan
multiple-intelligence menjadi dominan dalam program pengajaran di Turki. Mulai
dari kurikulum baru pada sekolah menengah di Turki oleh Kementrian Pendidikan
Nasional harus menggunakan assesmen portofolio dalam kegiatan belajar, seperti
sains dan teknologi, matematika dan ilmu sosial. Bagaimanapun juga, berbagai
penelitian (Birgin & Tutak, 2006; Çakan, 2004;
Özsevgeç et al., 2004) menunjukan bahwa guru tidak memiliki pengetahuan dan
pengalaman mengenai metode assesmen alternatif khususnya mengenai portofolio.
Ini masih menimbulkan sebuah pertanyaan bagaimana guru dapat menggunakan metode
assesmen alternatif dengan baik tanpa memiliki pengetahuan yang cukup dan
pengalaman tentangnya. Karena alasan ini, metode assesmen portofolio sebagia suatu
alternatif terhadap pendekatan assesmen tradisional menjadi sangat penting.
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperkenalkan metode assesmen portofolio yang
biasa digunakan dalam pendidikan kontekstual saat ini. Untuk mencapai tujuan
ini, beberapa inlembarasi mengenai portofolio seperti definisinya, proses
pengembangannya, jenis portofolio yang digunakan, pemilihan materi, keuntungan
dan kerugiannya akan didiskusikan secara mendalam. Juga, perbandingan metode
assesmen portofolio dengan salah satu pendekatan tradisional pada beberapa
aspek yang berbeda.
(1) Apa Itu Portofolio?
Walaupun pada saat
ini portofolio digunakan untuk menilai prestasi siswa, metode ini juga
digunakan oleh arsitek, pelukis, fotografer, dan seniman dalam melihat hasil
kerjanya. Bagaimanapun, portofolio digunakan untuk tujuan yang berbeda untuk para
seniman. Tidak mungkin hanya menggunakan satu definisi untuk portofolio.
Definisi portofolio mungkin saja berubah tergantung dari tujuan penggunaannya
dan cara penggunaannya. Banyak peneliti mendefinisikan portofolio dari berbagai hal, Beberpa definisi
tersebut seperti berikut;
Menurut Arter dan
Spandel (1991), portofolio adalah suatu kumpulan hasil kerja siswa dengan
maksud untuk memperlihatkan kepada siswa atau lainya, mengenai karya atau
prestasinya pada satu atau beberapa hal. Paulson, Paulson dan Mayer (1991: 60)
mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan hasil kerja siswa dengan tujuan
untuk memperlihatkan karya siswa, perkembangan, dan prestasi siswa dalam satu
atau beberapa hal. Kumpulan tersebut harus mempertimbangkan partisipasi siswa
dalam pemilihan materi, kriteria pemilihan, kriteria penilaian perilaku dan
keterangan dari refleksi diri dari siswa. Grace (1992, p.l), yang menekankan
pada proses belajar, mendefinisikan “portofolio sebagai hasil rekaman dari
proses belajar anak: apa yang telah anak pelajari dan bagaimana cara anak untuk
belajar; bagaimana dia berfikir, bertanya, menganalisis, mensintesis,
menghasilkan, berkarya; dan bagaimana dia berinteraksi secara intelektual,
emosional dan sosial dengan yang lain”. Collins (1992, p. 452) memperkenalkan
portofolio sebagai “sebuah wadah dari kumpulan bukti yang memiliki tujuan.
Bukti adalah dokumentasi yang dapat digunakan seseorang atau sekelompok orang dalam
menilai pengetahuan, kemampuan, dan/atau watak orang lain”.
Winsor dan Ellefson
(1995, p.68), yang menekankan pada proses belajar dan hasil belajar,
mendefinisikan bahwa “portofolio adalah gabungan dari proses dan produk. Proses
dari refleksi, pemilihan, rasionalisasi, dan evaluasi, bersamaan dengan hasil
dari proses tersebut”. Simon dan Forgette-Giroux (2000, p.36) medefinisikan
“portofolio adalah kumpulan kumulatif dan terus-menrus dari masukan yang
terpilih dan terkomentari dari siswa, guru, dan/atau teman sebaya, untuk
menilai perkembangan siswa dalam meningkatkan kompetensinya”. De Fina (1992,
p.13). menegaskan karakteristik dari portofolio, menyatakan bahwa portofolio
adalah koleksi yang sistematik, bertujuan, dan berarti dari hasil kerja siswa
pada satu atau bebrapa subjek. Disisi lain, Birgin (2003, p.22) mendefinisikan
portofolio sebagai “assesmen dari beberapa data dari kemampuan siswa dalam satu
atau beberapa bidang dalam jangka waktu tertentu, kumpulan teratur dari hasil
belajar dan prestasi siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Itu adalah beberapa
karakteristik yang mendasar untuk mengembangkan berbagai jenis penggunaan
portofolio untuk melakukan assesmen. Barton dan Collins (1997) menyatakan bahwa
portofolio harus memiliki berbagai sumber, asli, bentuk assesmen yang dinamis,
tujuan yang jelas, membetuk hubungan antara aktifitas dan pengalaman hidup,
berdasarkan pribadi siswa dan memiliki banyak tujuan. Oleh karena itu,
portofolio haruslah dapat memperlihatkan karya, perkembanga dan prestasi siswa
pada waktu jangka waktu tertentu.
Ketika deskripsi
yang telah dinyatakan diatas, portofolio tidak lain adalah sembarang kumpulan
atau observasi dari hasil kerja siswa yang ada secara sembarang. Sangatlah
penting bahwa kumpulan portofolio harus bertujuan, sistematis, menggambarkan
kriteria evaluasi, dan diambil dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian
pada penelitian ini portofolio didefinisikan sebagai kumpulan yang sistematis
dan bertujuan dari fakta-fakta yang mencerminkan kesuksesan, prestasi, dan
karya dari siswa dalam satu atau beberapa bidang pada jangka waktu tertentu.
(2) Pengaturan Isi dari Portofolio
Sebuah portofolio bukan
hanya sebuah kumpulan hasil kerja siswa yang sembarangan dalam suatu waktu.
Dengan demikian, dalam pengembangan sebuah portofolio sangat penting untuk
menentukan tujuannya, keterangan yang terdapat dalam sebuah portofolio, dan
kriteria assesmennya (Barton & Collins, 1997). Terdapat setidaknya tiga
aspek yang berhun=bungan, dan aspek-aspek ini saling mempengaruhi satu sama
lain. Apa yang harus dipertimbangan dalam pengaturan isi portofolio akan
dijelaskan secara mendetail sebagai berikut?
(a)
Menentukan tujuan dari portofolio: yang pertama dan hal yang paling penting dilakukan
dalam portofolio adalah menentukan tujuan daru portofolio. Tujauan dari
portofolio berpengaruh pada proses bagaimana pembuatan dari portofolio
tersebut. Juga, tujuan dari portofolio menentukan item apa saja yang harus ada
didalamnya. Tujuan yang jelas mencegah portofolio menjadi pekerjaan yang
merepotkan. Portofolio dalam pendidikan dapat digunakan untuk tujuan yang
berbeda. Tujuan dari portofolio dapat dicondongkan berdasarkan keinginan
penggunanya. Tujuan seorang guru mrnggunakan portofolio untuk menilai
perkembangan dari siswa dalam jangka waktu tertentu, untuk menggambarkan
efisiensi mengajar, untuk menjalin
hubungan dengan orang tua siswa, untuk mengevaluasi program pendidikan, untuk
memungkinkan sekolah berhubungan dengan komoditas, untuk membantu siswa menilai
diri sendiri dan menemukan titik lemah dari proses belajar siswa (Mumme, 1991;
De Fina, 1992). Kesimpulannya, sangatlah diperlukan untuk menentukan terlebih
dahulu tujuan dari portofolio sehingga akan mempengaruhi kualifikasi dan
pengumpulan item yang disaring dalam sebuah portofolio. Dalam menentukan tujuan
dari portofolio, sangatlah penting untuk guru berkonsultasi ke rekan, siswa,
orang tua, dan administrasi sekolah. Dengan maksud, untuk membantu menentukan
ketepatan dan pelaksanaan dari implementasi portofolio.
(b)
Menetukan keterangan yang terdapat pada portofolio: mempertimbangkan tujuan portofolio, haruslah
menentukan juga keterangan apa saja yang harus dikumpulkan, siapa yang akan
mengumpulkan hasil kerja, seberapa sering keterangan itu akan dikumpulkan, dan
bagaimana keterangan tersebut akan dinilai. Berkonsultasi dengan siswa selama
pengumpulan dari pembelajaran yang akan dimasukan dalam portofolio sangatlah
penting selama siswa memiliki rasa tanggung jawab dan rasa memiliki barang
tersebut (Kuhs, 1994)
Sangatlah
disarankan untuk membuatnya perbab dan menambahkan pernyataan pada setiap
keterangan portofolio untuk menjelaskan keterangan tersebut, mengapa dijadikan
sebagai keterangan, dan dari segi apa sehingga dijadikan sebagai keterangan
(Barton and Collins, 1997). Pembuatan bab membantu siswa menjadi peduli
terhadap pembelajarannya sebagai sarana untuk membuktikan apa yang dia ketahui.
Tidak ada aturan yang keras dalam isi portofolio selama portofolio memiliki
tujuan yang berbeda pada setiap keterangannya. Bagaimanapun juga, kualitas dari
portofolio memiliki variabel kualitas yang bergantung pada bagaimana
pengaturannya oleh guru atau siswa. Ini berarti isi dari portofolio dapat
berupa variabel yang bergantung pada pengguna dan tujuannya. Misalnya, sebuah
portofolio diatur oleh siswa dapat berisi banyak kegiata visual atau material
seperti pembelajaran individual atau group, pelajar terbaik, test, proyek,
presentasi, daftar control, solusi dari masalah, kuisioner, komentar guru,
daftar membaca dan resensi, cheklist penilaian diri/penilaian teman sebaya,
catatan wawancara, buku catatan, cd dan disk. Bagaimanapun, dalam pengumpulan
keterangan secara acak pada portofolio siswa, memilih keterangan yang
mencerminkan prestasi dan karya dari siswa selama proses pembelajaran memiliki
peranan penting dalam pembelajaran.
Karena item yang
terkumpul dalam suatu waktu, proses penyeleksian sangat penting untuk
portofolio. Berdasarkan De Fina (1997) ketika diputuskan konten dari
portofolio, dua faktor yang harus diingat: siswa berkeinginan dan bertujuan
untuk mengumpulkan setiap itemnya. Idealnya, portofolio harus bersifat
student-centered dan guru memfasilitasi, membimbing, dan menawarkan pilihan
daripada memberitahu, menunjukan, dan terlebih dahulu menetapkan prioritas. Hal
ini harus diingat dalam proses persiapan dalam sebuah portofolio bahwa setiap
siswa memiliki perbedaan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, perbedaan
pengalaman, lingkungan sosial dan tingkat ekonomi-sosialnya. Dengan demikian,
item yang akan dipilih dalam portofolio harus didesain untuk mencerminkan
prestasi setiap siswa sebagaiindividu atau kelompok dan untuk mencerminkan
kognitifnya, afektifnya, dan kemampuannya dengan baik. Selanjutnya, assesmen
portofolio harus multi-dimensional dan untuk mejadikan assesmenya reliabel,
data harus dikumpulkan dari sumber yang berbeda seperti siswanya sendiri, guru,
teman siswa, dan orang tua. Juga, penting untuk siswa memiliki kesempatan untuk
memilih contoh pekerjaan untuk pembelajarannya.
Simon dan
Forgette-Girous (200) menlakukan sampling cross-curricular dari item yang
menujukan keterangan dari kognitif, behavioral, afektif, meta-kognitif, dan
pengembangan dimensional dari kompetensi tunggal tapi kompleks seperti problem
solving atau komunikasi efektif. Sebagai contoh, pada portofolio yang didesain
oleh Birgin (2003) untuk mata pelajaran matematika di sekolah menengah kelas 7
yang didalamnya terdapat “lembar problem solving, lembar observasi yang
berhubungan dengan pembelajaran dalam suatu materi, lembar observasi kerja
kelompok, lembar observasi orang tua, lembar penilaian dimensi afektif siswa,
lembar penilaian gagasan siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika
dan lembar kesuksesan akademik siswa. Bagaimanapun, portofolio yang digunakan
pada mata pelajaran matematika di tahun 1990 di Vermont State, di USA, hanya
terdiri dari aktivitas problem solving. Pada penggunaan portofolio ini siswa
diminta untuk menunjukan hasil dari masalah yang terbuka secara mendetail.
Disamping itu, portofolio yang baik adalah yang terdiri dari “bagian yang
terbaik”.
(c)
Menentukan kriteria penilaian: Pertama, tujuan portofolio sudah disebutkan secara
tegas dan selanjutnya, kriteria penilaian dari setiap item dalam portofolio
perlu untuk di jelaskan. Sangatlah penting untuk menentukan kriteria untuk
menilai portofolio. Karena sebuah kriteria assesmen membuat siswa merasa
dihargai, dan pemilihan hasil kerja dianggap sebagai kualitas yang tinggi. Itu
juga akan memberikan dan mendorong terjadinya diskusi antara guru, siswa, dan
maksud lain seputar hasil dan kualitas dari hasil tersebut. kriteria penilaian
yang digunakan untuk menentukan kualitas dari prestasi siswa harus sangat jelas
dan mudah dipahami. Hal ini sangat penting dengan maksud untuk menilai hasil
kerja siswa sendiri dan dapat digunakan untuk memperbaiki kelemahannya. Rubrik
harus digunakan untuk menentukan kualitas dari keterangan dalam portofolio dan
menghasilkan assesmen menjadi reliabel dan valid.
(3) Pokok Penting dalam Mengembangkan
Portofolio
Ini merupakan
situasi yang menantang guru untuk membuat portofolio menjadi bagian yang
terintegrasi dalam suatu pengajaran. Asturias (1994, p.87) dan De Fina (1992,
p.14) membuat beberapa saran untuk menyelesaikan masalah ini dan memungkinkan
portofolio sebagai pembelajaran penting dan sebagai alat penilaian, diantaranya
adalah seperti yang dibawah ini;
·
Portofolio harus dikonsultasikan dengan guru, siswa, orang tua, dan
administrasi sekolah dalam memutuskan item yang akan ditempatkan di dalamnya.
·
Harus dibuat bersama-sama, tujuan yang jelas dalam penggunaan portofolio.
Siswa harus sangat mengerti mengenai tujuan dari dan untuk siapa portofolio itu
ada.
·
Harus mencerminkan aktifitas belajar siswa dari hari ke hari. Juga, item
dalam portofolioharus bervariasi dan multi dimensional.
·
Harus terus menerus sehingga memperlihatkan usaha, perkembangan, dan
pencapaian siswa selam selang waktu tertentu.
·
Item dalam portofolio harus terkumpul sebagai sesuatu yang sistematis,
bertujuan, dan bermakna.
·
Harus memberikan kesempatan siswa untuk memilih bagian yang mereka anggap
sangat reprehensive bagi mereka sendiri senagai pelajar untuk ditempatkan dalam
portofolio mereka, dan untuk menentukan kriterian untuk yang mereka tentukan.
Juga, harus membuat siswa memiliki tanggung jawab unruk menjaga portofolio
mereka selalu up to date.
·
Harus ditinjau sebagai bagian dari proses belajar daripada dianggap sebagai
alat penyimpanan, sebagai suatu cara untuk meningkatkan pembelajaran siswa.
·
Siswa memiliki akses terhadap portofolio mereka
·
Memberikan kriteria yang akan dipakai untuk menilai hasil kerja mereka
dalam portofolio sebagaimana hasilnya akan digunakan.
·
Guru harus memberi makna untuk siswa, dan orang tua mengenai portofolio.
Kesimpulannya,
dalam proses pembuatan portofolio langkah yang dianggap perlu adalah; gagasan
siswa harus diambil, setiap pembelajaran harus memiliki tujuan, penilaian
pembelajaran harus dijelaskan secara baik, prosesnya harus dalam jangka waktu
tertentu, portofolio harus mendorong siswa untuk belajar, dan item dalam
portofolio harus multi dimensional dan harus menuju ke bidang pembelajaran yang
berbeda. Selain itu, jelas penting bahwa pembelajaran dalam porofolio harus di
desain untuk memperlihatkan dan mengembangkan prestasi siswa secara detail
dalam jangka waktu tertentu.
(4) Portofolio Sebagai Assesmen
Terdapat cara atau
metode yang tepat untuk Assesmen portofolio. Bagaimanapun, beberapa metode yang
berbeda dapat digunakan untuk satu tujuan yang sama. Jika tujuan pada
portofolio adalah untuk meningkatkan pemebelajaran siswa dan untuk mengetahui
kebutuhan belajarnya, kemudian hasil kerja portofolio biasanya ditentukan oleh
guru. Siswa diberi penghargaan oleh guru dan temannya atas hasil kerjanya.
Bentuk penghargaan yang digunakan adalah untuk meningkatkan belajar siswa. Jika
tujuan portofolio adalah untuk menilai perkembangan siswa selama periode waktu
tertentu, dan untuk memberikan keterangan kualitas, maka portofolio mengandung
beberapa standar pekerjaan untuk semua siswa dan hasi kerja pada portofolio
dipilih oleh siswa. Portofolio seperti ini terdapat hasil kerja terbaik siswa
pada masa atau tahun tertentu. Merka dinilai oleh guru sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan.
Hasil akhir dari
penilaian portofolio adalah untuk menciptakan keseimbangan antara perkembangan
dan proses. Denagan kata lain, peningkatan siswa dalam proses belajar adalah
hal penting sebagai kemampuan untuk menciptakan produk yang terbaik yang telah
dikaitkan dengan kriteria standar seperti rubrik, jadi fokus penilaian
portofolio terdapat pada proses belajar dan kualitas produk. Konsekuensinya, penilaian
portofolio harus secara keseluruhan, dan setiap item portofolio dapat digunakan
untuk menunjukan siswa sudah bekerja dengan baik atau sebagai barang bukti
untuk penilaian diri sendiri yang telah dilakukan oleh siswa dalam proses
belajar dan pertumbuhannya.
Digunakan
bermacam-macam pendekatan yang berbeda dalam menilai portofolio. Kuks (1994,
p.87) menyatakan ada tiga dasar pendekatan yang dapat digunakan. Pertama adalah
untuk menilai setiap hasil pekrjaan dalam portofolio dan merata-ratakan nilai
untuk menentukan nilai portofolio. Kedua adalah untuk digunakan sebagai
analisis perencanaan yang terpisah untuk menilai prestasi yang berbeda. Sebagai
contoh, seorang guru telah meninjau ulang portofolio dan memberikan satu nilai
di setiap kemampuan problem solving untuk mengkomunikasikan gagasan
matematiknya, dan untuk menerapkan matematika dalam situasi probelm solving. Tidak
seperti pendekatan yang pertama, pendekatan ini berdasarkan tinjauan dari
beberapa hasil kerja dalam portofolio. Strategi assesmen ini telah digunakan
pada tahun 1992 di Vermont yang menjadi negara bagian pertama yang menggunakan
portofolio sebagai assesmen utama untuk prestasi siswa dalam mata pelajaran
matematika. Setiap bagian dalam portofolio matematika telah di golongkan dalam
tujuh dimensi dan setiap dimensinya dinilai dalam 4 poin skala yang berbeda.
Dimana terdapat dimensi problem solving
dan dimensi komunikasi (Koretz, Stecher, Klein & McCaffrey, 1994). Juga,
strategi ini digunakan oleh Birgin (2003) pada portofolio berbasis komputer untuk
menilai tujuh tingkatan prestasi siswa dalam matematika. Pendekatan ketiga
untuk menilai hasil kerja sisiwa, dimana sebuah nilai adalah untuk menentukan
fokus di beberapa dimensi dari prestasi, hal ini ditujukan untuk pendekatan holistik-fokus.
Pendekatan ini memungkinkan guru untuk memberikan suatu nilai untuk semua yang
terdapat dalam portofolio seperti prestasi sebagai kemampuan siswa untuk
menginterpretasikan masalah dan informasi dalam sebuah masalah, memilih dan
menggunakan solusi strategi yang tepat , dan menilai serta menghubungkan
jawaban untuk situasi problem solving yang diberikan.
(5) Jenis Portofolio
Tidak ada deskripsi
dan konten yang pasti untuk portofolio. Jenis dari portofolio sangat bervariasi
tergantung dari tujuan dan pengumpulan item didalamnya. Oleh karena itu, banyak
peneliti menggolongkan berbagai jenis portofolio. Sebagai contoh, berdasarkan
Haladyn (1997), terdapat empat jenis portofolio yang diberi nama ideal,
showcase, dokumentasi, evaluasi, dan portofolio kelas. Portofolio ideal
berisi semua hasil kerja siswa. Hal ini tidak memberikan siswa tingkatan.
Dengan demikian, ini penting untuk menilai portofolio milik siswa sendiri. Portofolio
showcase didalamnya hanya terdapat hasil kerja terbaik siswa saja. Hal ini
penting untuk siswa dalam memilih hasil kerja mereka sendiri dan mencerminkan
hasil kerjanya. Jenis portofolio ini tidak cocok untuk dinilai dan diberi
tingkatan. Portofolio dokumentasi mengandung kumpulan pekerjaan siswa
dalam waktu tertentu yang menunjukan perkembanagn dan mencerminkan penigkatan
belajar siswa untuk mengidentifikasi hasil belajar. Portofolio ini mengandung
data kualitatif dan kuantitatif. Portofolio evaluasi didalamnya terdapat
kumpulan hasil kerja siswa yang telah di standarisasi dan dapat ditentukan oleh
guru atau, di beberapa keadaan ditentukan oleh siswa. Portofolio ini cocok untuk menggolongkan siswa. Portofolio
kelas mengandung tingkatan siswa, pandangan guru, dan pengetahuan mengenai
siswa dalam ruang kelas. Portofolio ini dapat diartikan sebagaia portofolio
ruang kelas.
Slater (1996)
menjelaskan tiga jenis portofolio sebagai showcase, open-format, dan portofolio
checklist. Sebuah portofolio showcase adalah portofolio yang terbatas dimana
siswa hanya diijinkan untuk menampilkan beberapa keternagan untuk menujukan
pengusaannya dalam pembelajaran objektif. Dalam sebuah portofolio open-format,
siswa diijinkan untuk memasukan apapun yang mereka inginkan sebagai keterangan
mereka dalam memberikan catatan pengusaannya dalam pembelajaran objektif.
Sebuah portofolio checklist berisi bebrapa item yang telah ditentukan.
Seringkali, sebuah silabus mata pelajaran akan membantu untuk memberikan
beberapa penugasan untuk diselesaikan siswa.
Melograno (2000,
p.101), yang membuat deskripsi yang lebih mendetail, mendefinisikan sembilan
jenis portofolio. Jenis portofolio ini tidak terlalu mendalam dan dapet
duguanakan secara terpisah atau dikombinasikan. Klasifikasinya diberikan secara
jelas seperti dibawah ini;
(a)
Personal portofolio: untuk siswa dan guru yang berbeda dalam membentuk
lebih banya pendangan holistik mengenai siswa dan untuk meningkatkan
ketertarikan mereka, item yang terdapat bisa berasal dari dalam dan luar
sekolah. Portofolio dapat berisi gembar, penghargaan, video, atau kenangan yang
lain. Portofolio personal digunakan sebagai katalis untuk refleksi diri dan
berbagi.
(b)
Working portofolio: kumpulan yang terus menerus, sistematis dari hasil kerja
siswa yang dapat menunjuakan dan mengambarkan siswa digolungkan sebagi sebuah
portofolio hasil kerja. Kumpulan ini berisi keseharian, perminggu, perbulan,
atau berbentuk unik kerja produksi.
(c)
Record-keeping portofolio: jenis portofolio ini biasanya disimpan oleh guru. Yang
berisi sampel dan rekaman penilaaian yang mungkin dibutuhkan (e.g., test
tertulis, test keahlian/kecakapan). Dapat juga terdapat informasi observasional
(e.g., catatan anekdot, skala indeks frekuensi, deskripsi narasi, checklist
kebiasaan) dan laporan perkembangan yang ditambahkan dengan kartu laporan
tradisional.
(d)
Group portofolio: setiap anggota dari grup pembelajaran kooperatif mengumpulkan item
individual dalam item kelompok (e.g., contoh, ga,bar, projek kelompok) untuk
menunjukan keefktifan dari seluruh kelompok.
(e)
Thematic portofolio: portofolio ini akan terhubung kepada sebuah materi pembelajaran dengan
fokus tertentu, normalnya berlangsung selama 2 sampai 6 minggu. Sebagai contoh,
jika sebuah portofolio dibuat berhubungan dengan materi “Bilangan Rasional”, “Gaya”,
portofolio ini harus mencerminkan kemampuan kognitif dan afektif dan pandangan
mereka mengenai materi tersebut.
(f)
Integrated portofolio: Untuk menilai seluruh siswa, pekerjaan dari semua mata
mata pelajaran memperlihatkan hubungan antara atau diantara subjek yang akan
diikutsertakan. Item yang terpilih, yang dibutuhkan maupun dipilih, dapat
digambaarkan dari beberapa atau semua
subjek. Sebagai contoh, portofolio ini dapat dipersiapkan dalam mata pelajaran
matematika dan sains.
(g)
Showcase portofolio: Sebuah jumlah yang terbatas dari item yang dipilih
untun menunjukan perkembangan dalam selang waktu tertentu untuk menuju pada
tujuan tertentu. Biasanya, hanya pekerjaan terbaik siswa yang disertakan.
Misalnya, di Vermont dan Kentucky, pada awal tahun 1990, jenis portofolio ini
telah di implementasiskan untuk kelas matematika dan menulis di kelas 4 dan 8.
Di kedua negara bagian tersebut, portofolio diharuskan berisi lima sampai tujuh
contoh dari hasil kerja terbaik siswa selama satu tahun ajaran dan nilai
haruslah mencerminkan prestasi optomal siswa. Menulis portofolio harus berisi
beberapa pekerjaan dengan tipe yang lebih spesifik dalam menulis. Portofolio
matematik berdasrkan kumpulan dari respon open-enden siswa untuk menyampaikan
persoalan matematik. Juga, portofolio menganjurkan untuk digunakan di kurikulum
baru sekolah menengah yang telah dilaksanakan pada tahun ajaran 2004-2005 oleh
Kementrian Pendidikan Nasional di Turki dapat dijadikan contoh sebagai showcase
portofolio.
(h)
Electronic portofolio: Pemanfaatan teknologi telah menghasilkan portofolio
elektronik. Bagaimanapun, jika terdapat database software (penyimpanan gambar,
suara, atau kata) maka tidak ada perbedaan dengan berkas tergantung dan peti
susu. Selama teknologi masa kini memungkinkan untuk mendapatkan dan menyimpan
informasi dalam bentuk teks, gambar, suara, dan video, siswa dapat menyimpan
contoh tulisannya, solusi dari persoalan matematika, contoh dari pekerjaan
seni, projek sains, dan presentasi multimedia dalam satu dokumen yang berkaitan
(lankes, 1995). Portofolio elektronik menawarkan banyak keuntungan seperti
untuk mengumpulkan, dan menyimpan, serta mengatur informasi secara elektronik
berdasarkan portofolio tradisional. Pada tahun ini, karena peluang pendidikan
yang didukung oleh perkembangan teknologi, elektronik portofolio lebih sering
digunakan. Misalnya, portofolio berbasis komputer diperkenalkan oleh Baki dan
Birgin (2004) dan Korkmaz dan Kaptan (2005) dalam penelitian meraka dapat
dijadikan sebagai contoh.
(i)
Multiyear portofolio: Siswa akan mengumpulkan item dalam beberapa kelompok
tingkatan mulai dari interval 2, 3, 4 tahun. Portofolio multiyear akan disimpan
disekolah. Sebagai contoh, portofolio ini dapat digunakan untuk mengamati
perkembangan siswa secara periodik selama sekolah mengah pertana dan sekolah
menengah akhir serta pendidikan universitas.
Kesimpulannya, hal ini jelas bahwa
perbadaan jenis portofolio telah dideskripsikan oleh peneliti dalam kaitannya
dengan tujuan dan isinya. Selain portofolio yang dijelaskan diatas, sangat
mungkin untuk menyebutkan jenis yang lain dari portofolio. Bagaimanapun, sangatlah
sulit untuk menyelesaikan perbedaan antara satu dengan lainnya. Dilain sisi,
portofolio yang disebutkan diatas dapat digunakan secar terpisah atau
portofolio yang berbeda dapat digunakan bersamaan. Jadi guru harus memilih yang
mana yang dibutuhkan dan harus digunakan.
(6) Keuntungan Dari Penggunaan Metode
Assesmen Portofolio
Portofolio dapat
menggambarkan perspektif yang lebih luas dalam proses pembelajaran untuk siswa
dan memungkinkan sebuah makna yang berkelanjutan bagi mereka (Adams), 1998).
Disamping itu, portofolio memungkinkan siswa memiliki penilaian diri sendiri
untuk belajar dan pembelajaran mereka, dan untuk melihat perkembangan mereka
(De Fina, 1992). Selama itu dapat terlihat dan bukti dinamis mengenai
ketertarikan siswa, kemampuan mereka, sisi kuat, kesuksesan, dan perkembangan
dalam jangka waktu tertentu, portofolio adalah kumpulan sistematis dari
pembelajaran siswa membantu untuk
menilai siswa secara keseluruhan (Baki & Birgin, 2004). Portofolio adalah
alat yang kuat untuk membantu siswa memperoleh kemampuan penting seperti
penilaian diri sendiri, berfikir kritis, dan memantau pembelajarannya sendiri
(Asturias, 1994; Micklo, 1997). Selanjutnya, portofolio memberikan penilaian
pre-service guru terhadap pembelajarannya dan perkembangannya, dan membantu
mereka menjadi diri mereka sendiri dan mencerminkan kelakuannya, dan mendorong
mereka berkembang secara individual dan profesional (birgin, 2007; Mokhtari et
al., 1996). Maullin (1998) menekankan bahwa potofolio memberikan guru untuk
memiliki pandangan baru pada pendidikan. Misalnya, portofolio dapat menjawab
pertanyaan seperti ini: masalah seperti apa yang siswa alami? Aktifitas seperti
apa yang lebih efektif dan tidak efektif? Subjek apa yang dipahami dan tidak
dipahami? Bagaimana efisiensi proses mengajar?. Dilain pihak, assesmen
portofolio memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan test terstandar. Hal
ini diperlihatkan dalam Tabel 1 (De Fina, 1992, p.39)
Tabel 1. Perbandingan antara
Assesmen Portofolio dengan Test Terstandar
Assesmen Portofolio
|
Test Terstandar
|
v Terjadi dalam lingkungan
alami anak
v Memberikan
kesempatan siswa untuk menunjukan kelebihan serta kelemahannya
v Memberikan
informasi hands-on kepeda guru pada satu titik
v Memungkinkan
anak, orang tua, guru, staff untuk menilai kelebihan dan kekeurangan anak
v Terus menerus,
membuktikan banyak kemungkinan untuk observasi dan assesmen
v Menilai kenyataan
dan kebermanfaatan sehari-hari teks literasi
v Membuat anak
lebih peka terhadap hasil kerja mereka dan pengetahuan
v Membuat orang tua
lebih perhatian terhadap kerja anak dan pengetahuannya
v Mendorong
timbulnya pertemuan guru dan siswa
v Menginfokan
pengajaran dan kurikulum; menempatkan siswa sebagai pusat dari proses
pembelajaran
|
v Kejadian yang
tidak alami
v Membuat pemikiran
siswa menjadi kaku di beberapa tugas
v Mengandung
sedikit informasi diagnostik
v Mengandung
informasi peringkat
v Sebuah “potret”
sesaat dari kemampuan siswa dalam tugas tertentu saja
v Meminta anak
untuk menunjukan respon tunggal
v Menunjukan kepada
orang tua esensi yang kurang berarti dan sering menjadi data numerik yang
menakutkan
v Memaksa guru dan
administrasi lebih serinbg bertemu
v Memperkuat
pandangan bahwa kurikulum adalah pusat dalam proses pembelajaran
|
Seperti yang
diperlihatkan dalam Tabel 1, assesmen portofolio memungkinkan untuk mengukur
kemampuan dengan tingkat yang tinggi dengan aktifitas yang bermakna dan
realistik untuk siswa daripada mengukur kemampuan dengan tingkat rendah dengan
waktu yang terbatas, menggunakan banyak metode assesmen lebih baik daripada hanya
menggunkan satu metode pengukuran, membuat assesmen yang tidak hanya satu waktu
tapi terus menerus, dan menentukan kelemahan dan kelebihan siswa. Selain itu,
ini juga mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam proses assesmen secara
aktif dan membuat suatu komunikasi yang efektif dengan guru dan orang tua.
Sebagai assesmen portofolio menempatkan siswa pada pusat dari proses
pengajaran, itu memungkinkan siswa berhubungan langsung dengan guru.
Metode assesmen
portofolio juga memiliki banyak keuntungan untuk guru, orang tua dan siswa.
Membuat portofolio digunakan secara efektif berpengaruh besar pada membuat
tujuan yang jelas. Banyak penelitian teori dan empiris dalam literatur
melaporkan keunggulan dari assesmen portofolio daripada alat assesmen tradisional
dalam pendidikan (Asturias, 1994; Baki & Birgin, 2004; Barton &
Collins, 1997; Birgin, 2003; Birgin, 2006a; De Fina, 1992; Gilman et al., 1995;
Ersoy, 2006; Klenowski, 2000; Kuhs, 1994; Mullin, 1998; Norman, 1998; Sewell et
al., 2002). Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
·
Portofolio memberikan banyak cara untuk menilai pembelajaran siswa selama
waktu tertentu
·
Dapat menunjukan evaluasi yang lebih nyata dari konten akademik daripada
test tertulis.
·
Memungkinkan siswa, orang tua, guru, dan staff untuk menilai kelemahan dan
kelebihan siswa
·
Memberikan lebih banyak peluang bagi observasi dan assesmen
·
Memberikan kesempatan untuk siswa untuk menunjukan kelebihan dan
kelemahannya.
·
Mendorong siswa untuk mengembangkan beberapa kemampuan yang dibutuhkan untuk
menjadi mandiri, pelajar yang memimpin dirinya sendiri
·
Dapat juga membantu orang tua melihat dengan sendirinya sebagai teman dalam
proses belajarnya
·
Memungkinkan siswa untuk mengungkapkan dirinya sendiri dengan cara yang
nyaman dan untuk menilai pembelajarannya sendiri dan tumbuh menjadi pelajar.
·
Mendorong siswa untuk berfikir secara kreatif untuk membagi apa yang mereka
pelajari
·
Meningkatkan dukungan untuk siswa dari orang tua dan meningkatkan komunikasi
antara guru, siswa dan orang tua.
·
Mendorong guru untuk mengubah praktik mengajaran dan ini adalah cara terkuat untuk
menghubungkan kurikulum dan pengajaran melalui assesmen
Kesimpulannya,
assesmen portofolio memberikan lebih banyak assesmen autentik dan valid untuk
prestasi siswa dan pandangan komprehensif terhadap prestasi siswa dalam
konteks, dan mendorong siswa untuk berkembang mandiri dan menjadi pelajar yang
memimpin dirinya sendiri, dan meningkatkan komunikasi antara guru, siswa, dan
orang tua. Ini dapat memberikan peluang untuk pelajar menunjukan kelebihannya
dan kekurangannya dan guru dapat mengatur pembelajarannya. Juga dapat mendorong
siswa untuk mengambil tanggung jawab pada belajarnya sendiri, dan meningkatkan
komunikasi guru dan siswa. Sebagai tambahan, assesmen portofolio memiliki potensi
untuk menggambarkan proses belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam jangka
waktu tertentu. Sebagai hasil, portofolio memberikan informasi yang detail
mengenai perkembangan siswa dalam proses belajar untuk guru, orang tua dan
siswa itu sendiri.
(7) Masalah dan Kekurangan dari Metode
Assesmen Portofolio
Meskipun dalam
penggunaan portofolio memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan dalam
pendidikan, ini juga memiliki kekurangan dan memberatkan. Dengan demikian,
ketika ini dikembangkan dan digunakan, kekurangan dan beban harus
dipertimbangan. Disamping kekurangan dan beban dari portofolio, tindakan
pencegahan harus diambil untuk menanggulangi kekurangan dan beban dari
portofolio akan dijelaskan seperti dibawah ini.
Penilaian sebuah
portofolio mungkin saja terlihat kurang reliabel atau kurang adil daripada
penilaian test pilihan ganda (Cirmanec & Viecknicki, 1994). Ketika kriteria
yang spesifik, jelas, dan terukur untuk setiap item digunakan dalam portofolio,
reliabilitas dari portofolio dapat meningkat. Jika tujuan dan kriteria assesmen
portofolio tidak jelas, portofolio dapat menjadi kumpulan yang bermacam-macam
yang tidak dapat mencerminkan perkembangan siswa atau prestasi secara akurat.
Dengan demikian tujuan dan kriteria assesmen dari portofolio harus dijelaskan
secara mendetail dan jelas.
Kekurangan yang
lain dalam penggunaan portofolio adalah membutuhka waktu yang lama untuk guru
menilai pekerjaan siswa dan menilai prestasi siswa dalam waktu tertentu dalam
kelas yang penuh (Birgin, 2006b). Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan
checklist, rubrik, dan bentuk portofolio digital untuk mengurangi waktu dalam
penilaiannya (Birgin, 2006b; De Fina, 1992; Lustig, 1996).
Seperti bentuk
kualitatif data lainnya, data dari assesmen portofolio sulit untuk dianalisis.
Dengan menggunakan chekclist dan daftar observasi dapat memfasilitasi proses
analisis. Jika memungkinkan, susunlah portofolio berbasis komputer dan
portofolio elektronik untuk memudahkan siswa dalam memeriksa portofolionay dan
memberikan makna pada siswa. (Birgin, 2003; Chen et al., 2000; Lankes, 1995).
Ketika
membandingkan prestasi siswa dan sekolah berdasarkan nilaiportofolio,
pertanyaannya adalah “ditujukan untuk siapa pembelajarannya?”, “apakah siswa
mengerjakan pekerjaannya bersama orang lain atau sendirian?” pada suatu waktu
didiskusikan. Pernyataan ini mungkin diakibatkan kegelisahan mengenai validitas
dan reliabilitas dari assesmen portofolio. Terdapat banyak penelitian yang
mendukung pertemuan ini (Herman & Winters, 1994; Geathart & Herman,
1995; Koretz et al., 1994). Pada kasus ini, nilai siswa pada portofolio mungkin
tidak memperlihatkan prestasi sesungguhnya. Untuk mengatasi masalah ini,
prestasi siswaharis diperhatikan oleh guru secara terus menerus dan mereka
harus memperlihatkan pekerjaan mereka.
Mengembangkan
kriteria assesmen portofolio, rubrik, dan menentukan pekerjaan dalam portofolio
akan sulit untuk guru pada saat pertama kali. Selain itu, mengatur dan menilai
portofolio dan memberikan makna untuk siswa dapat memakan waktu (Stecher,
1998). Selain itu, in-service dan pre-service guru harus di beritahu mengenai
assesmen portofolio.
Satu masalah dalam
menggunakan portofolio adalah untuk menyimpan, untuk mengatasi dan mengontrol
portofolio di kelas yang penuh. Juga, menugaskan siswa untuk membawa bahan
portofolio untuk setiap kelas dapat memberatkan. Untuk mengatasi masalah ini,
portofolio elektronik (e-portofolios) sangat mudah dalam penggunaannya untuk
disimpan, diatasi dan dikontrol (Baki et al., 2004; Chen et al., 2000).
Masalah lain dari
assesmen portofolio adalah dukungan dari orang tua dan komunitas untuk sesuatu
yang baru dan tidak familiar dalam sistem assesmen. Kebanyakan orang tua terbiasa
menerima lembar penilaian anaknya pada buku raport di akhir tahun. Perubahan
akan sulit untuk orang tua menerima atau menyesuaikan diri tanpa dampak yang
besar bagi pendidikan mereka sebagaimana biasanya dan keuntungan dari sistem
baru ini (Thomas et al., 2005). Selain itu, orang tua harus terlebih dahulu
dibuat peduli terhadap apa yang terjadi untuk menyalurkan metode assesmen yang
baru pada saat awal tahun ajaran baru. Juga, setidaknya dalam satu bulan, orang
tua harus di ikutsertakan berdiskusi dan melihat portofolio anak mereka bersama
dengan guru. Orang tua harus menjadi bagian esensial dalam proses assesmen, dan
diikutsertakan sebagaimana rekan dan pimpinan.
Konsekuensinya,
kekurangan yang terpenting dari portofolio adalah bahwa rendahnya reliabilitas
dari nilainya. Untuk mengatasi masalah ini, rubrik harus digunakan dalam
penilaian dari hasil kerja siswa. Selain itu, keadaan assesmen portofolio yang
baru menuntut guru seperti waktu pengembangan secara profesional untuk belajar
portofolio, waktu persiapan untuk membuat bahan baru dan pembelajaran, untuk
menghasilkan dan menyaring bagian portofolio. Guru juga perlu tambahan waktu
untuk menilai dan mengomentari pekerjaan siswa. Seperti halnya dengan syarat
untuk memaksa guru melihat portofolio sebagai beban yang bermanfaat dengan
hasil yang nyata dalam pembelajaran dan motovasi siswa (Koretz et al., 1994;
Stecher, 1998). Ini adalah fakta penting dalam penerapan portofolio. Untuk
menuasai dengan kemungkinan yang kecil atua kekurangan dari portofolio, guru
yang memilih menggunakan portofolio harus terdidik sebelumnya, dibantu, dan
didukung dalam proses penerapan portofolio oleh seorang yang ahli.
HASIL DAN SARAN
Sangat diperlukan
untuk menilai prestasi belajar siswa sebagai individu atau dalam sebuah
kelompok selama proses pembelajaran daripada menilai dengan metode tradisional
atau metode pilihan ganda. Portofolio adalah metode assesmen alternatif untuk melihat perkembangan siswa dan menilai
prestasi mereka selam proses belajar. Selain itu, portofolio adalah alat
assesmen yang berbasis pendekatan belajar kontemporer seperti teori belajar kontruktivisme,
teori multiple intelligensi dan teori pembelajaran brain-based.
Assesmen portofolio
memungkinkan siswa untuk mencerminkan prestasi mereka sesungguhnya, untuk
menunjukan kelebihan dan kekurangan meraka dalam satu bidang dan untuk melihat
perkembangan siswa selama proses belajar, dan mendorong siswa untuk mengambil
tanggungjawab pada pembelajaran mereka sendiri. Selama portofolio memungkinkan
pengumpulan informasi dari beberapa sumber seperti seperti orang tua siswa,
teman, guru, dan dirinya sendiri, ini memberikan guru memiliki informasi yang
reliabel mengenai siswa. Semua itu merupakan alat yang penting untuk menilai
produk dan proses belajar siswa. Perbedaan teoritis dan penggunaan penelitian
memperlihatkan bahwa portofolio dapat digunakan dalam pembelajaran dan alat
assesmen (Birgin, 2007; Ersoy, 2006; Klenowski, 2000; Kuhs, 1994; Norman,
1998). Dengan demikian, portofolio memiliki potensi yang memungkinkan siswa
untuk belajar selama penilaian dan dinilai selama pembelajaran (to assess for
learning and to assess of learning). Oleh karana itu, ini harus digunakan dalam
pendidikan sekolah menengah untuk berbagai mata pelajaran seperti sains dan
teknologi, matematika, ilmu sosial untuk melihat perkembangan siswa selama
proses belajar dan memberikan bantuan yang dibutuhkan dalam prestasi mereka.
Selama persiapan
dari sebuah portofolio, pertama-tama, penting untuk menentukan tujuan dari
portofolio, untuk merencanakan itemnya yang mencakup perbedaan kemampuan siswa
dan dimensi belajar (kognitif, emosional, dan psikomotor) dan untuk menjelaskan
kriteria assesmen secara jelas. Selanjutnya, ini harus mempertimbangkan bahwa
terdapat perbedaan yang luas sedangkan portofolio memiliki penggunaan yang
terbatas. Haruslah menggunakan portofolio berbasis komputer dan elektronik
portofolio untuk mengurangi masalah seperti membawa, mencapai dan menyimpan
portofolio. Mempertimbangkan situasi ini, akan mengurangi beban dalam kelas
yang penuh di Turki.
Efektifitas dalam
menggunakan portofolio sebagai pembelajaran dan alat assesmen bergantung pada
penguasaan dan pengalaman guru yang menggunakannya dalam skala besar.
Bagaimanapun, beberapa penelitian (Birgin, 2003; Çakan, 2004; Özsevgeç et al.,
2004; Yiğit et al., 1998)
menekankan bahwa guru yang tidak memiliki cukup pengetahuan dan pengalaman
mengenai metode assesmen portofolio dan metode alternatif lainnya. Menyatakan
bahwa guru yang tidak memiliki cukup informasi mengenai assesmen portofolio
dalam sebuah seminar pengaturan terdapat program pendidikan menengah yang baru
(Battal, 2006; Birgin & Tutak, 2006). Dengan demikian, hal ini penting
untuk mengajarkan guru mengenai penggunaan alat assesmen dari portofolio yang
memiliki potensi yang sangat besar dalam sistem pendidikan Turki selama
pendidikannya dan untuk mengenalkan ini kepeda guru dalam membatu belajar mata
pelajaran. Dalam konteks ini, guru pre-service, harus memiliki pengalaman
mengenai metode assesmen kontemporer seperti portofolio selama pembelajaran
mereka jadi mereka akan menggunakan ini pada mata pelajaran mereka dimasa
depan.
Hal ini harus
disampaikan kepada guru tentang penjelasan materi secara mendetail dengan
contoh metode assesmen portofolio yang dapat digunakan dalam kurikulum sekolah
menengah, dan matapelajaran in-service yang komprehensive harus didukung
pelaksanaannya dengan staff yang profesional. Kementrian Pendidikan Nasional
harus melayani pelayanan online elektronik sehingga guru dapat memeriksa dan
berbagi meteri yang berbeda dan contoh mengenai portofolio.
Kepala sekolah
harus menyusun perbedaan aktifitas perkembangan yang saling berhubungan dengan
program pendidikan baru sehingga guru bisa mengatur diri sendiri dengan tujuan
mengembangkan secara profesional dan dapat diterapkan metode kontemporer dalam
mata pelajaran dan, harus membuat ukuran untuk mendorong implementasi dari
program yang baru. Selain itu, kepala sekolah harus memberitahu orang tua dan
siswa selama proses penerapan portofolio dan mengatur pertemuan untuk orang tua
secara teratur. Dalam pertemuan ini, orang tua harus diberitahu dengan baik
mengenai assesmen portofolio dan kepentingannya untuk guru dan siswa.
Kesimpulannya,
walaupun portofolio adalah alat yang penting untuk menialai prestasi siswa, hal
ini tidak akan menghilankan masalah dari menghilangkan pengukuran dan penilaian
dalam sistem pendidikan di Turki. Jadi ini tidak seluruhnya benar utnuk
meninggalkan metode assesmen tradisional, dan menerima suatu assesmen yang
baru. Selain menggunakan metode assesmen portofolio, menggunakan metode
assesmen lain akan menjadikan informasi mengenai siswa lebih reliabel. Pada
akhirnya, hal ini jangan sampai dilupakan bahwa menggunkan metode assesmen
alternatif dan tradisional dengan waktu tepat akan sangat berguna.
Keterangan
Penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan Prof. Dr. Mehmet Küçük dan bantuin
Prof.Dr. Muammer Çalık atas dukungan dan pengembangan kualitas tulisan.
translator masih dalam tahap belajar, jadi mohon koreksinya,
semoga tulisan ini bermanfaat,
semoga tulisan ini bermanfaat,
alamat jurnal (dalam bhs.Inggris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.