Rabu, 27 Maret 2013

Penggunaan Portofolio untuk Menilai Kemampuan Siswa

Tulisan ini merupakan terjemahan dari jurnal yang berjudul "The Use of Portofolio to Asses Student's Performance",


ABSTRAK
Perkembangan pendidikan pada saat ini seperti teori kotruktivisme dan multiple intelligence mengakibatkan kecenderungan baru pada masyarakat yang menyebabkan perubahan besar pada pendekatan pembelajaran dan assesmen tradisional. Untuk alasan ini, dibutuhkan pendekatan alternatif dalam teknik assesmen yang digunakan untuk berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, ilmu alam, dan ilmu sosial dengan demikian diperlukannya portofolio. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan metode assesmen portofolio yang biasanya digunakan pada pembelajaran kontekstuan baru-baru ini. Untuk mencapai tujuan ini, beberapa inlembarasi mengenai portofolio seperti definisinya, proses pengembangannya, pemilihan materinya, keuntungan dan kerugiannya akan dijelaskan. Begitu pula, perbandingan antara assesmen portofolio dengan salah satu metode tradisional dalam kaitannya pada aspek yang berbeda. Selanjutnya, untuk mengembangkan metode assesmen portofolio secara efektif terdapat saran yang telah disediakan.

PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan dan permintaan dalam sains dan masyarakat telah mempengaruhi pendidikan. Khususnya teori seperti kontruktivisme dan multiple-intelligensi dan kecenderungan baru dari masyarakat seperti pasar tenaga kerja, kebutuhan informasi yang menghasilkan perubahan besar pada pendekatan tradisional dalam pembelajaran, mengajar, dan assesmen. Sejak pendekatan pembelajaran berubah, mempengaruhi juga prosedur dan pendekatan assesmen (Fourie & Van Niekerk, 2001). Sebagai contoh, tujuan utama dari pembelajaran akademis pada awalnya menuntut siswa untuk mengetahui bebrapa bidang. Mulai dari pembelajaran sebagai pengetahuan dasar menjadi sangat penting, pendekatan behaviorisme pada umumnya menggunakan pembelajaran yang tradisional. Pada pendekatan pembelajaran ini, pengetahuan hanyalah melulu tentang meringkas, dan proses “pembelajaran” serta “pengajaran” dipandang sebagai proses individual, dan “pembelajaran” dipahami sebagai kumpulan dari penyampaian stimulus-respon. Pelatihan dan latihan merupakan hal penting dalam proses ini. Begitu pula, assesmen dari latihan itu sebagian besar didasarkan pada pengetesan pengetahuan dasar. Karena, bukti dari pembelajaran pada pendekatan ini biasanya diperlihatkan dari perubahan perilaku dan peningkatkan jawaban benar pada test dan perubahan antara pre-test dan end-test, test seperti pilihan ganda, benar salah, mencocokan soal digunakan untuk assesmen. Pendekatan assesmen tradisional kebanyakan hanya medorong siswa untuk mengingat urutan atau alogaritma daripada pengusaan konsep, dan tidak fokus, membagi komponen dalam suatu bidang (Dochy, 2001). Juga, test ini memberikan sedikit informasi yang berguna tentang pemahaman siswa dan pembelajaran tidak cukup untuk menilai kemampuan kognitif yang lebih tinggi seperti problem solving, berfikir kritis, dan pemaparan alasan (rimberg, 1993), tidak dapat menjelaskan tentang kemampuan siswa dalam mengolah innformasi yang relevan (Shepard, 1989), dan menilai apa yang mudah untuk test tentang ingatan sebagai kemempuan pemahaman dan prusedur (Mumme, 1991).
Pada sisi yang lain, kontriktivisme berdasarkan Piaget dan Vygotsky menjelaskan bahwa siswa dapat memperoleh dan secara sosial dapat membangun pengetahuan dan pemahamannya. Pendekatan ini lebih memberikan perhatiannya pada pembelajaran siswa, kemempuan problem solving siswa, dan pembelajaran kolaboratif siswa (Baki, 1994). Bagaimanapun, pada lingkungan pembelajaran yang baru ini siswa tidak dapat dinilai dalam waktu singkat dengan menggunakan test pilihan ganda (Mumme, 1991; Romberg, 1993). Oleh karena itu, dibutuhkan rentang yang lebih luas dalam alat assesmen sehingga dapat menilai kemempuan siswa dalam problem solving yang tak terbatas, dan berfikir kritis, analisis, pemberian alasan, dapat juga menggunakan pengetahuan meraka pada masalah yang baru, dan untuk ungkapan secara lisan dan tulisan. Selanjutnya, epistimologi kontruktivis menuntut kita untuk menilai prestasi individual siswa dan prestasi siswa dalam kelompok secara bersamaan selama proses pembelajaran (Shepard, 2000).
Pada saat ini, masyarakat membutuhkan siswa yang memiliki kemampuan kognitif seperti problem solving, berfikir kritis, analisis data, dan dapat menyajikannya secara lisan maupun tulisan dan sebagainya (Dochy, 2001). Sejak masyarakat menuntut adanya kecenderungan baru, perkembangan pembelajaran harus diperbaiki agar menjadi lingkungan belajar yang lebih kuat. Untuk alasan ini, pendekatan assesmen yang lain dibutuhkan untuk menilai proses belajar dan hasil belajar. Oleh karena itu, beberapa komunitas seperti NCTM dan NRC menerbitkan sebuah standar tentang assesmen dan kurikulum. The Assessment Standards for School Mathematics (NCTM, 1995), mengajurkan penggunaan alat assesmen yang banyak dan kompleks termasuk menulis, berbicara, dan lembaran demonstrasi, dan menganjurkan assesmen tersebut harus memiliki kontribusi dalam pembelajaran siswa. Hal ini menyebabkan teknik assesmen tersebut  harus fokus pada menilai dengan baik apa yang tidak diketahui oleh siswa. Rekomendasi ini dapat dicapai dengan alternatif assesmen yang dapat mengukur prestasi dan perkembangan siswa pada proses pembelajaran.
Salah satu metode alternatif yang digunakan dalam pendidikan untuk penilaian prestasi individual maupun kelompok adalah portofolio. Perlunya menggunakan portofolio didukung oleh berbagai penelitian (Birgin, 2003; De Fina, 1992; Gussie, 1998; Micklo, 1997; Mumme, 1991; Norman, 1998;). Menurut merka, portofolio memberikan data yang terpercaya dan dinamis mengenai siswa untuk guru, orang tua, dan juga untuk siswa tersendiri. Selain itu, menggunakan metode assesmen ini di sekolah menengah memberikan informasi yang jelas mengenai siswa dan mengatasi kelemahan mereka dan membantu perancanaan perkembangan pengajaran guru .
Di Turki, Kementrian Pendidikan Nasional (MONE) menyarankan penggunaan assesmen tersebur dengan tujuan untuk mengetahui kelemahan siswa dan mengatasinya (MONE, 2004). Meskipun Kementrian Pendidikan Nasional (MONE) sudah membuat berbagai saran, sikap guru dalam penggunaan pengukuran dan assesmen menyebabkan berbagai macam masalah. Seperti halnya, hingga kini, kurangnya pengetahuan pedagogis dan terbatasnya pelatihan menyebabkan terhambatnya guru untuk bisa (Isman, 2005). Selain guru yang kerang mendapat inlembarasi dan sumber mengenai bagaimana membuat assesmen atau bahan yang harus digunakan dan metode assesmen yang memberikan guru inisiatif atau gagasan. Lagi pula, kebiasaan dalam menggunakan metode pengukuran dan assesmen tradisional akan menghambat pencarian kemampuan siswa dan pengembangan potensinya (Baki & Birgin, 2002). Situasi ini juga menghambat penggunaan metode assesmen di sekolah menengah sebagaimana yang telah disebutkan pada tujuan MONE.
Para guru di Turki biasanya mencoba untuk melakukan kegiatan assesmennya sesuai dengan teori Bloom (1967) pada pembelajaran disekolah yang ada pada program pengajaran. Bagaimanapun, kerugian dari pendekatan ini adalah mengabaikan perbedaan kemampuan siswa dan perkembangan potensialnya pada assesmennya (Cepni, 2006). Dengan demikian sesui dengan perkembangan pendekatan pendidikan saat ini seperti kontruktivisme dan multiple-intelligence menjadi dominan dalam program pengajaran di Turki. Mulai dari kurikulum baru pada sekolah menengah di Turki oleh Kementrian Pendidikan Nasional harus menggunakan assesmen portofolio dalam kegiatan belajar, seperti sains dan teknologi, matematika dan ilmu sosial. Bagaimanapun juga, berbagai penelitian (Birgin & Tutak, 2006; Çakan, 2004; Özsevgeç et al., 2004) menunjukan bahwa guru tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai metode assesmen alternatif khususnya mengenai portofolio. Ini masih menimbulkan sebuah pertanyaan bagaimana guru dapat menggunakan metode assesmen alternatif dengan baik tanpa memiliki pengetahuan yang cukup dan pengalaman tentangnya. Karena alasan ini, metode assesmen portofolio sebagia suatu alternatif terhadap pendekatan assesmen tradisional menjadi sangat penting.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan metode assesmen portofolio yang biasa digunakan dalam pendidikan kontekstual saat ini. Untuk mencapai tujuan ini, beberapa inlembarasi mengenai portofolio seperti definisinya, proses pengembangannya, jenis portofolio yang digunakan, pemilihan materi, keuntungan dan kerugiannya akan didiskusikan secara mendalam. Juga, perbandingan metode assesmen portofolio dengan salah satu pendekatan tradisional pada beberapa aspek yang berbeda.

(1)   Apa Itu Portofolio?
Walaupun pada saat ini portofolio digunakan untuk menilai prestasi siswa, metode ini juga digunakan oleh arsitek, pelukis, fotografer, dan seniman dalam melihat hasil kerjanya. Bagaimanapun, portofolio digunakan untuk tujuan yang berbeda untuk para seniman. Tidak mungkin hanya menggunakan satu definisi untuk portofolio. Definisi portofolio mungkin saja berubah tergantung dari tujuan penggunaannya dan cara penggunaannya. Banyak peneliti mendefinisikan  portofolio dari berbagai hal, Beberpa definisi tersebut seperti berikut;
Menurut Arter dan Spandel (1991), portofolio adalah suatu kumpulan hasil kerja siswa dengan maksud untuk memperlihatkan kepada siswa atau lainya, mengenai karya atau prestasinya pada satu atau beberapa hal. Paulson, Paulson dan Mayer (1991: 60) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan hasil kerja siswa dengan tujuan untuk memperlihatkan karya siswa, perkembangan, dan prestasi siswa dalam satu atau beberapa hal. Kumpulan tersebut harus mempertimbangkan partisipasi siswa dalam pemilihan materi, kriteria pemilihan, kriteria penilaian perilaku dan keterangan dari refleksi diri dari siswa. Grace (1992, p.l), yang menekankan pada proses belajar, mendefinisikan “portofolio sebagai hasil rekaman dari proses belajar anak: apa yang telah anak pelajari dan bagaimana cara anak untuk belajar; bagaimana dia berfikir, bertanya, menganalisis, mensintesis, menghasilkan, berkarya; dan bagaimana dia berinteraksi secara intelektual, emosional dan sosial dengan yang lain”. Collins (1992, p. 452) memperkenalkan portofolio sebagai “sebuah wadah dari kumpulan bukti yang memiliki tujuan. Bukti adalah dokumentasi yang dapat digunakan seseorang atau sekelompok orang dalam menilai pengetahuan, kemampuan, dan/atau watak orang lain”.
Winsor dan Ellefson (1995, p.68), yang menekankan pada proses belajar dan hasil belajar, mendefinisikan bahwa “portofolio adalah gabungan dari proses dan produk. Proses dari refleksi, pemilihan, rasionalisasi, dan evaluasi, bersamaan dengan hasil dari proses tersebut”. Simon dan Forgette-Giroux (2000, p.36) medefinisikan “portofolio adalah kumpulan kumulatif dan terus-menrus dari masukan yang terpilih dan terkomentari dari siswa, guru, dan/atau teman sebaya, untuk menilai perkembangan siswa dalam meningkatkan kompetensinya”. De Fina (1992, p.13). menegaskan karakteristik dari portofolio, menyatakan bahwa portofolio adalah koleksi yang sistematik, bertujuan, dan berarti dari hasil kerja siswa pada satu atau bebrapa subjek. Disisi lain, Birgin (2003, p.22) mendefinisikan portofolio sebagai “assesmen dari beberapa data dari kemampuan siswa dalam satu atau beberapa bidang dalam jangka waktu tertentu, kumpulan teratur dari hasil belajar dan prestasi siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Itu adalah beberapa karakteristik yang mendasar untuk mengembangkan berbagai jenis penggunaan portofolio untuk melakukan assesmen. Barton dan Collins (1997) menyatakan bahwa portofolio harus memiliki berbagai sumber, asli, bentuk assesmen yang dinamis, tujuan yang jelas, membetuk hubungan antara aktifitas dan pengalaman hidup, berdasarkan pribadi siswa dan memiliki banyak tujuan. Oleh karena itu, portofolio haruslah dapat memperlihatkan karya, perkembanga dan prestasi siswa pada waktu jangka waktu tertentu.
Ketika deskripsi yang telah dinyatakan diatas, portofolio tidak lain adalah sembarang kumpulan atau observasi dari hasil kerja siswa yang ada secara sembarang. Sangatlah penting bahwa kumpulan portofolio harus bertujuan, sistematis, menggambarkan kriteria evaluasi, dan diambil dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian pada penelitian ini portofolio didefinisikan sebagai kumpulan yang sistematis dan bertujuan dari fakta-fakta yang mencerminkan kesuksesan, prestasi, dan karya dari siswa dalam satu atau beberapa bidang pada jangka waktu tertentu.

(2)   Pengaturan Isi dari Portofolio
Sebuah portofolio bukan hanya sebuah kumpulan hasil kerja siswa yang sembarangan dalam suatu waktu. Dengan demikian, dalam pengembangan sebuah portofolio sangat penting untuk menentukan tujuannya, keterangan yang terdapat dalam sebuah portofolio, dan kriteria assesmennya (Barton & Collins, 1997). Terdapat setidaknya tiga aspek yang berhun=bungan, dan aspek-aspek ini saling mempengaruhi satu sama lain. Apa yang harus dipertimbangan dalam pengaturan isi portofolio akan dijelaskan secara mendetail sebagai berikut?

(a)                Menentukan tujuan dari portofolio: yang pertama dan hal yang paling penting dilakukan dalam portofolio adalah menentukan tujuan daru portofolio. Tujauan dari portofolio berpengaruh pada proses bagaimana pembuatan dari portofolio tersebut. Juga, tujuan dari portofolio menentukan item apa saja yang harus ada didalamnya. Tujuan yang jelas mencegah portofolio menjadi pekerjaan yang merepotkan. Portofolio dalam pendidikan dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda. Tujuan dari portofolio dapat dicondongkan berdasarkan keinginan penggunanya. Tujuan seorang guru mrnggunakan portofolio untuk menilai perkembangan dari siswa dalam jangka waktu tertentu, untuk menggambarkan efisiensi  mengajar, untuk menjalin hubungan dengan orang tua siswa, untuk mengevaluasi program pendidikan, untuk memungkinkan sekolah berhubungan dengan komoditas, untuk membantu siswa menilai diri sendiri dan menemukan titik lemah dari proses belajar siswa (Mumme, 1991; De Fina, 1992). Kesimpulannya, sangatlah diperlukan untuk menentukan terlebih dahulu tujuan dari portofolio sehingga akan mempengaruhi kualifikasi dan pengumpulan item yang disaring dalam sebuah portofolio. Dalam menentukan tujuan dari portofolio, sangatlah penting untuk guru berkonsultasi ke rekan, siswa, orang tua, dan administrasi sekolah. Dengan maksud, untuk membantu menentukan ketepatan dan pelaksanaan dari implementasi portofolio.

(b)               Menetukan keterangan yang terdapat pada portofolio: mempertimbangkan tujuan portofolio, haruslah menentukan juga keterangan apa saja yang harus dikumpulkan, siapa yang akan mengumpulkan hasil kerja, seberapa sering keterangan itu akan dikumpulkan, dan bagaimana keterangan tersebut akan dinilai. Berkonsultasi dengan siswa selama pengumpulan dari pembelajaran yang akan dimasukan dalam portofolio sangatlah penting selama siswa memiliki rasa tanggung jawab dan rasa memiliki barang tersebut (Kuhs, 1994)
Sangatlah disarankan untuk membuatnya perbab dan menambahkan pernyataan pada setiap keterangan portofolio untuk menjelaskan keterangan tersebut, mengapa dijadikan sebagai keterangan, dan dari segi apa sehingga dijadikan sebagai keterangan (Barton and Collins, 1997). Pembuatan bab membantu siswa menjadi peduli terhadap pembelajarannya sebagai sarana untuk membuktikan apa yang dia ketahui. Tidak ada aturan yang keras dalam isi portofolio selama portofolio memiliki tujuan yang berbeda pada setiap keterangannya. Bagaimanapun juga, kualitas dari portofolio memiliki variabel kualitas yang bergantung pada bagaimana pengaturannya oleh guru atau siswa. Ini berarti isi dari portofolio dapat berupa variabel yang bergantung pada pengguna dan tujuannya. Misalnya, sebuah portofolio diatur oleh siswa dapat berisi banyak kegiata visual atau material seperti pembelajaran individual atau group, pelajar terbaik, test, proyek, presentasi, daftar control, solusi dari masalah, kuisioner, komentar guru, daftar membaca dan resensi, cheklist penilaian diri/penilaian teman sebaya, catatan wawancara, buku catatan, cd dan disk. Bagaimanapun, dalam pengumpulan keterangan secara acak pada portofolio siswa, memilih keterangan yang mencerminkan prestasi dan karya dari siswa selama proses pembelajaran memiliki peranan penting dalam pembelajaran.
Karena item yang terkumpul dalam suatu waktu, proses penyeleksian sangat penting untuk portofolio. Berdasarkan De Fina (1997) ketika diputuskan konten dari portofolio, dua faktor yang harus diingat: siswa berkeinginan dan bertujuan untuk mengumpulkan setiap itemnya. Idealnya, portofolio harus bersifat student-centered dan guru memfasilitasi, membimbing, dan menawarkan pilihan daripada memberitahu, menunjukan, dan terlebih dahulu menetapkan prioritas. Hal ini harus diingat dalam proses persiapan dalam sebuah portofolio bahwa setiap siswa memiliki perbedaan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, perbedaan pengalaman, lingkungan sosial dan tingkat ekonomi-sosialnya. Dengan demikian, item yang akan dipilih dalam portofolio harus didesain untuk mencerminkan prestasi setiap siswa sebagaiindividu atau kelompok dan untuk mencerminkan kognitifnya, afektifnya, dan kemampuannya dengan baik. Selanjutnya, assesmen portofolio harus multi-dimensional dan untuk mejadikan assesmenya reliabel, data harus dikumpulkan dari sumber yang berbeda seperti siswanya sendiri, guru, teman siswa, dan orang tua. Juga, penting untuk siswa memiliki kesempatan untuk memilih contoh pekerjaan untuk pembelajarannya.
Simon dan Forgette-Girous (200) menlakukan sampling cross-curricular dari item yang menujukan keterangan dari kognitif, behavioral, afektif, meta-kognitif, dan pengembangan dimensional dari kompetensi tunggal tapi kompleks seperti problem solving atau komunikasi efektif. Sebagai contoh, pada portofolio yang didesain oleh Birgin (2003) untuk mata pelajaran matematika di sekolah menengah kelas 7 yang didalamnya terdapat “lembar problem solving, lembar observasi yang berhubungan dengan pembelajaran dalam suatu materi, lembar observasi kerja kelompok, lembar observasi orang tua, lembar penilaian dimensi afektif siswa, lembar penilaian gagasan siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika dan lembar kesuksesan akademik siswa. Bagaimanapun, portofolio yang digunakan pada mata pelajaran matematika di tahun 1990 di Vermont State, di USA, hanya terdiri dari aktivitas problem solving. Pada penggunaan portofolio ini siswa diminta untuk menunjukan hasil dari masalah yang terbuka secara mendetail. Disamping itu, portofolio yang baik adalah yang terdiri dari “bagian yang terbaik”.

(c)                Menentukan kriteria penilaian: Pertama, tujuan portofolio sudah disebutkan secara tegas dan selanjutnya, kriteria penilaian dari setiap item dalam portofolio perlu untuk di jelaskan. Sangatlah penting untuk menentukan kriteria untuk menilai portofolio. Karena sebuah kriteria assesmen membuat siswa merasa dihargai, dan pemilihan hasil kerja dianggap sebagai kualitas yang tinggi. Itu juga akan memberikan dan mendorong terjadinya diskusi antara guru, siswa, dan maksud lain seputar hasil dan kualitas dari hasil tersebut. kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kualitas dari prestasi siswa harus sangat jelas dan mudah dipahami. Hal ini sangat penting dengan maksud untuk menilai hasil kerja siswa sendiri dan dapat digunakan untuk memperbaiki kelemahannya. Rubrik harus digunakan untuk menentukan kualitas dari keterangan dalam portofolio dan menghasilkan assesmen menjadi reliabel dan valid.

(3)   Pokok Penting dalam Mengembangkan Portofolio
Ini merupakan situasi yang menantang guru untuk membuat portofolio menjadi bagian yang terintegrasi dalam suatu pengajaran. Asturias (1994, p.87) dan De Fina (1992, p.14) membuat beberapa saran untuk menyelesaikan masalah ini dan memungkinkan portofolio sebagai pembelajaran penting dan sebagai alat penilaian, diantaranya adalah seperti yang dibawah ini;
·         Portofolio harus dikonsultasikan dengan guru, siswa, orang tua, dan administrasi sekolah dalam memutuskan item yang akan ditempatkan di dalamnya.
·         Harus dibuat bersama-sama, tujuan yang jelas dalam penggunaan portofolio. Siswa harus sangat mengerti mengenai tujuan dari dan untuk siapa portofolio itu ada.
·         Harus mencerminkan aktifitas belajar siswa dari hari ke hari. Juga, item dalam portofolioharus bervariasi dan multi dimensional.
·         Harus terus menerus sehingga memperlihatkan usaha, perkembangan, dan pencapaian siswa selam selang waktu tertentu.
·         Item dalam portofolio harus terkumpul sebagai sesuatu yang sistematis, bertujuan, dan bermakna.
·         Harus memberikan kesempatan siswa untuk memilih bagian yang mereka anggap sangat reprehensive bagi mereka sendiri senagai pelajar untuk ditempatkan dalam portofolio mereka, dan untuk menentukan kriterian untuk yang mereka tentukan. Juga, harus membuat siswa memiliki tanggung jawab unruk menjaga portofolio mereka selalu up to date.
·         Harus ditinjau sebagai bagian dari proses belajar daripada dianggap sebagai alat penyimpanan, sebagai suatu cara untuk meningkatkan pembelajaran siswa.
·         Siswa memiliki akses terhadap portofolio mereka
·         Memberikan kriteria yang akan dipakai untuk menilai hasil kerja mereka dalam portofolio sebagaimana hasilnya akan digunakan.
·         Guru harus memberi makna untuk siswa, dan orang tua mengenai portofolio.

Kesimpulannya, dalam proses pembuatan portofolio langkah yang dianggap perlu adalah; gagasan siswa harus diambil, setiap pembelajaran harus memiliki tujuan, penilaian pembelajaran harus dijelaskan secara baik, prosesnya harus dalam jangka waktu tertentu, portofolio harus mendorong siswa untuk belajar, dan item dalam portofolio harus multi dimensional dan harus menuju ke bidang pembelajaran yang berbeda. Selain itu, jelas penting bahwa pembelajaran dalam porofolio harus di desain untuk memperlihatkan dan mengembangkan prestasi siswa secara detail dalam jangka waktu tertentu.

(4)   Portofolio Sebagai Assesmen
Terdapat cara atau metode yang tepat untuk Assesmen portofolio. Bagaimanapun, beberapa metode yang berbeda dapat digunakan untuk satu tujuan yang sama. Jika tujuan pada portofolio adalah untuk meningkatkan pemebelajaran siswa dan untuk mengetahui kebutuhan belajarnya, kemudian hasil kerja portofolio biasanya ditentukan oleh guru. Siswa diberi penghargaan oleh guru dan temannya atas hasil kerjanya. Bentuk penghargaan yang digunakan adalah untuk meningkatkan belajar siswa. Jika tujuan portofolio adalah untuk menilai perkembangan siswa selama periode waktu tertentu, dan untuk memberikan keterangan kualitas, maka portofolio mengandung beberapa standar pekerjaan untuk semua siswa dan hasi kerja pada portofolio dipilih oleh siswa. Portofolio seperti ini terdapat hasil kerja terbaik siswa pada masa atau tahun tertentu. Merka dinilai oleh guru sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Hasil akhir dari penilaian portofolio adalah untuk menciptakan keseimbangan antara perkembangan dan proses. Denagan kata lain, peningkatan siswa dalam proses belajar adalah hal penting sebagai kemampuan untuk menciptakan produk yang terbaik yang telah dikaitkan dengan kriteria standar seperti rubrik, jadi fokus penilaian portofolio terdapat pada proses belajar dan kualitas produk. Konsekuensinya, penilaian portofolio harus secara keseluruhan, dan setiap item portofolio dapat digunakan untuk menunjukan siswa sudah bekerja dengan baik atau sebagai barang bukti untuk penilaian diri sendiri yang telah dilakukan oleh siswa dalam proses belajar dan pertumbuhannya.
Digunakan bermacam-macam pendekatan yang berbeda dalam menilai portofolio. Kuks (1994, p.87) menyatakan ada tiga dasar pendekatan yang dapat digunakan. Pertama adalah untuk menilai setiap hasil pekrjaan dalam portofolio dan merata-ratakan nilai untuk menentukan nilai portofolio. Kedua adalah untuk digunakan sebagai analisis perencanaan yang terpisah untuk menilai prestasi yang berbeda. Sebagai contoh, seorang guru telah meninjau ulang portofolio dan memberikan satu nilai di setiap kemampuan problem solving untuk mengkomunikasikan gagasan matematiknya, dan untuk menerapkan matematika dalam situasi probelm solving. Tidak seperti pendekatan yang pertama, pendekatan ini berdasarkan tinjauan dari beberapa hasil kerja dalam portofolio. Strategi assesmen ini telah digunakan pada tahun 1992 di Vermont yang menjadi negara bagian pertama yang menggunakan portofolio sebagai assesmen utama untuk prestasi siswa dalam mata pelajaran matematika. Setiap bagian dalam portofolio matematika telah di golongkan dalam tujuh dimensi dan setiap dimensinya dinilai dalam 4 poin skala yang berbeda. Dimana terdapat dimensi problem   solving dan dimensi komunikasi (Koretz, Stecher, Klein & McCaffrey, 1994). Juga, strategi ini digunakan oleh Birgin (2003) pada portofolio berbasis komputer untuk menilai tujuh tingkatan prestasi siswa dalam matematika. Pendekatan ketiga untuk menilai hasil kerja sisiwa, dimana sebuah nilai adalah untuk menentukan fokus di beberapa dimensi dari prestasi, hal ini ditujukan untuk pendekatan holistik-fokus. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk memberikan suatu nilai untuk semua yang terdapat dalam portofolio seperti prestasi sebagai kemampuan siswa untuk menginterpretasikan masalah dan informasi dalam sebuah masalah, memilih dan menggunakan solusi strategi yang tepat , dan menilai serta menghubungkan jawaban untuk situasi problem solving yang diberikan.

(5)   Jenis Portofolio
Tidak ada deskripsi dan konten yang pasti untuk portofolio. Jenis dari portofolio sangat bervariasi tergantung dari tujuan dan pengumpulan item didalamnya. Oleh karena itu, banyak peneliti menggolongkan berbagai jenis portofolio. Sebagai contoh, berdasarkan Haladyn (1997), terdapat empat jenis portofolio yang diberi nama ideal, showcase, dokumentasi, evaluasi, dan portofolio kelas. Portofolio ideal berisi semua hasil kerja siswa. Hal ini tidak memberikan siswa tingkatan. Dengan demikian, ini penting untuk menilai portofolio milik siswa sendiri. Portofolio showcase didalamnya hanya terdapat hasil kerja terbaik siswa saja. Hal ini penting untuk siswa dalam memilih hasil kerja mereka sendiri dan mencerminkan hasil kerjanya. Jenis portofolio ini tidak cocok untuk dinilai dan diberi tingkatan. Portofolio dokumentasi mengandung kumpulan pekerjaan siswa dalam waktu tertentu yang menunjukan perkembanagn dan mencerminkan penigkatan belajar siswa untuk mengidentifikasi hasil belajar. Portofolio ini mengandung data kualitatif dan kuantitatif. Portofolio evaluasi didalamnya terdapat kumpulan hasil kerja siswa yang telah di standarisasi dan dapat ditentukan oleh guru atau, di beberapa keadaan ditentukan oleh siswa. Portofolio ini  cocok untuk menggolongkan siswa. Portofolio kelas mengandung tingkatan siswa, pandangan guru, dan pengetahuan mengenai siswa dalam ruang kelas. Portofolio ini dapat diartikan sebagaia portofolio ruang kelas.
Slater (1996) menjelaskan tiga jenis portofolio sebagai showcase, open-format, dan portofolio checklist. Sebuah portofolio showcase adalah portofolio yang terbatas dimana siswa hanya diijinkan untuk menampilkan beberapa keternagan untuk menujukan pengusaannya dalam pembelajaran objektif. Dalam sebuah portofolio open-format, siswa diijinkan untuk memasukan apapun yang mereka inginkan sebagai keterangan mereka dalam memberikan catatan pengusaannya dalam pembelajaran objektif. Sebuah portofolio checklist berisi bebrapa item yang telah ditentukan. Seringkali, sebuah silabus mata pelajaran akan membantu untuk memberikan beberapa penugasan untuk diselesaikan siswa.
Melograno (2000, p.101), yang membuat deskripsi yang lebih mendetail, mendefinisikan sembilan jenis portofolio. Jenis portofolio ini tidak terlalu mendalam dan dapet duguanakan secara terpisah atau dikombinasikan. Klasifikasinya diberikan secara jelas seperti dibawah ini;
(a)                Personal portofolio: untuk siswa dan guru yang berbeda dalam membentuk lebih banya pendangan holistik mengenai siswa dan untuk meningkatkan ketertarikan mereka, item yang terdapat bisa berasal dari dalam dan luar sekolah. Portofolio dapat berisi gembar, penghargaan, video, atau kenangan yang lain. Portofolio personal digunakan sebagai katalis untuk refleksi diri dan berbagi.
(b)               Working portofolio: kumpulan yang terus menerus, sistematis dari hasil kerja siswa yang dapat menunjuakan dan mengambarkan siswa digolungkan sebagi sebuah portofolio hasil kerja. Kumpulan ini berisi keseharian, perminggu, perbulan, atau berbentuk unik kerja produksi.
(c)                Record-keeping portofolio: jenis portofolio ini biasanya disimpan oleh guru. Yang berisi sampel dan rekaman penilaaian yang mungkin dibutuhkan (e.g., test tertulis, test keahlian/kecakapan). Dapat juga terdapat informasi observasional (e.g., catatan anekdot, skala indeks frekuensi, deskripsi narasi, checklist kebiasaan) dan laporan perkembangan yang ditambahkan dengan kartu laporan tradisional.
(d)               Group portofolio: setiap anggota dari grup pembelajaran kooperatif mengumpulkan item individual dalam item kelompok (e.g., contoh, ga,bar, projek kelompok) untuk menunjukan keefktifan dari seluruh kelompok.
(e)                Thematic portofolio: portofolio ini akan terhubung kepada sebuah materi pembelajaran dengan fokus tertentu, normalnya berlangsung selama 2 sampai 6 minggu. Sebagai contoh, jika sebuah portofolio dibuat berhubungan dengan materi “Bilangan Rasional”, “Gaya”, portofolio ini harus mencerminkan kemampuan kognitif dan afektif dan pandangan mereka mengenai materi tersebut.
(f)                 Integrated portofolio: Untuk menilai seluruh siswa, pekerjaan dari semua mata mata pelajaran memperlihatkan hubungan antara atau diantara subjek yang akan diikutsertakan. Item yang terpilih, yang dibutuhkan maupun dipilih, dapat digambaarkan  dari beberapa atau semua subjek. Sebagai contoh, portofolio ini dapat dipersiapkan dalam mata pelajaran matematika dan sains.
(g)                Showcase portofolio: Sebuah jumlah yang terbatas dari item yang dipilih untun menunjukan perkembangan dalam selang waktu tertentu untuk menuju pada tujuan tertentu. Biasanya, hanya pekerjaan terbaik siswa yang disertakan. Misalnya, di Vermont dan Kentucky, pada awal tahun 1990, jenis portofolio ini telah di implementasiskan untuk kelas matematika dan menulis di kelas 4 dan 8. Di kedua negara bagian tersebut, portofolio diharuskan berisi lima sampai tujuh contoh dari hasil kerja terbaik siswa selama satu tahun ajaran dan nilai haruslah mencerminkan prestasi optomal siswa. Menulis portofolio harus berisi beberapa pekerjaan dengan tipe yang lebih spesifik dalam menulis. Portofolio matematik berdasrkan kumpulan dari respon open-enden siswa untuk menyampaikan persoalan matematik. Juga, portofolio menganjurkan untuk digunakan di kurikulum baru sekolah menengah yang telah dilaksanakan pada tahun ajaran 2004-2005 oleh Kementrian Pendidikan Nasional di Turki dapat dijadikan contoh sebagai showcase portofolio.
(h)               Electronic portofolio: Pemanfaatan teknologi telah menghasilkan portofolio elektronik. Bagaimanapun, jika terdapat database software (penyimpanan gambar, suara, atau kata) maka tidak ada perbedaan dengan berkas tergantung dan peti susu. Selama teknologi masa kini memungkinkan untuk mendapatkan dan menyimpan informasi dalam bentuk teks, gambar, suara, dan video, siswa dapat menyimpan contoh tulisannya, solusi dari persoalan matematika, contoh dari pekerjaan seni, projek sains, dan presentasi multimedia dalam satu dokumen yang berkaitan (lankes, 1995). Portofolio elektronik menawarkan banyak keuntungan seperti untuk mengumpulkan, dan menyimpan, serta mengatur informasi secara elektronik berdasarkan portofolio tradisional. Pada tahun ini, karena peluang pendidikan yang didukung oleh perkembangan teknologi, elektronik portofolio lebih sering digunakan. Misalnya, portofolio berbasis komputer diperkenalkan oleh Baki dan Birgin (2004) dan Korkmaz dan Kaptan (2005) dalam penelitian meraka dapat dijadikan sebagai contoh.
(i)                  Multiyear portofolio: Siswa akan mengumpulkan item dalam beberapa kelompok tingkatan mulai dari interval 2, 3, 4 tahun. Portofolio multiyear akan disimpan disekolah. Sebagai contoh, portofolio ini dapat digunakan untuk mengamati perkembangan siswa secara periodik selama sekolah mengah pertana dan sekolah menengah akhir serta pendidikan universitas.
Kesimpulannya, hal ini jelas bahwa perbadaan jenis portofolio telah dideskripsikan oleh peneliti dalam kaitannya dengan tujuan dan isinya. Selain portofolio yang dijelaskan diatas, sangat mungkin untuk menyebutkan jenis yang lain dari portofolio. Bagaimanapun, sangatlah sulit untuk menyelesaikan perbedaan antara satu dengan lainnya. Dilain sisi, portofolio yang disebutkan diatas dapat digunakan secar terpisah atau portofolio yang berbeda dapat digunakan bersamaan. Jadi guru harus memilih yang mana yang dibutuhkan dan harus digunakan.

(6)   Keuntungan Dari Penggunaan Metode Assesmen Portofolio
Portofolio dapat menggambarkan perspektif yang lebih luas dalam proses pembelajaran untuk siswa dan memungkinkan sebuah makna yang berkelanjutan bagi mereka (Adams), 1998). Disamping itu, portofolio memungkinkan siswa memiliki penilaian diri sendiri untuk belajar dan pembelajaran mereka, dan untuk melihat perkembangan mereka (De Fina, 1992). Selama itu dapat terlihat dan bukti dinamis mengenai ketertarikan siswa, kemampuan mereka, sisi kuat, kesuksesan, dan perkembangan dalam jangka waktu tertentu, portofolio adalah kumpulan sistematis dari pembelajaran siswa  membantu untuk menilai siswa secara keseluruhan (Baki & Birgin, 2004). Portofolio adalah alat yang kuat untuk membantu siswa memperoleh kemampuan penting seperti penilaian diri sendiri, berfikir kritis, dan memantau pembelajarannya sendiri (Asturias, 1994; Micklo, 1997). Selanjutnya, portofolio memberikan penilaian pre-service guru terhadap pembelajarannya dan perkembangannya, dan membantu mereka menjadi diri mereka sendiri dan mencerminkan kelakuannya, dan mendorong mereka berkembang secara individual dan profesional (birgin, 2007; Mokhtari et al., 1996). Maullin (1998) menekankan bahwa potofolio memberikan guru untuk memiliki pandangan baru pada pendidikan. Misalnya, portofolio dapat menjawab pertanyaan seperti ini: masalah seperti apa yang siswa alami? Aktifitas seperti apa yang lebih efektif dan tidak efektif? Subjek apa yang dipahami dan tidak dipahami? Bagaimana efisiensi proses mengajar?. Dilain pihak, assesmen portofolio memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan test terstandar. Hal ini diperlihatkan dalam Tabel 1 (De Fina, 1992, p.39)


Tabel 1. Perbandingan antara Assesmen Portofolio dengan Test Terstandar
Assesmen Portofolio
Test Terstandar
v  Terjadi dalam lingkungan alami anak
v  Memberikan kesempatan siswa untuk menunjukan kelebihan serta kelemahannya
v  Memberikan informasi hands-on kepeda guru pada satu titik
v  Memungkinkan anak, orang tua, guru, staff untuk menilai kelebihan dan kekeurangan anak
v  Terus menerus, membuktikan banyak kemungkinan untuk observasi dan assesmen
v  Menilai kenyataan dan kebermanfaatan sehari-hari teks literasi
v  Membuat anak lebih peka terhadap hasil kerja mereka dan pengetahuan
v  Membuat orang tua lebih perhatian terhadap kerja anak dan pengetahuannya
v  Mendorong timbulnya pertemuan guru dan siswa
v  Menginfokan pengajaran dan kurikulum; menempatkan siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran
v  Kejadian yang tidak alami
v  Membuat pemikiran siswa menjadi kaku di beberapa tugas
v  Mengandung sedikit informasi diagnostik

v  Mengandung informasi peringkat

v  Sebuah “potret” sesaat dari kemampuan siswa dalam tugas tertentu saja
v  Meminta anak untuk menunjukan respon tunggal
v  Menunjukan kepada orang tua esensi yang kurang berarti dan sering menjadi data numerik yang menakutkan
v  Memaksa guru dan administrasi lebih serinbg bertemu
v  Memperkuat pandangan bahwa kurikulum adalah pusat dalam proses pembelajaran

Seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 1, assesmen portofolio memungkinkan untuk mengukur kemampuan dengan tingkat yang tinggi dengan aktifitas yang bermakna dan realistik untuk siswa daripada mengukur kemampuan dengan tingkat rendah dengan waktu yang terbatas, menggunakan banyak metode assesmen lebih baik daripada hanya menggunkan satu metode pengukuran, membuat assesmen yang tidak hanya satu waktu tapi terus menerus, dan menentukan kelemahan dan kelebihan siswa. Selain itu, ini juga mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam proses assesmen secara aktif dan membuat suatu komunikasi yang efektif dengan guru dan orang tua. Sebagai assesmen portofolio menempatkan siswa pada pusat dari proses pengajaran, itu memungkinkan siswa berhubungan langsung dengan guru.
Metode assesmen portofolio juga memiliki banyak keuntungan untuk guru, orang tua dan siswa. Membuat portofolio digunakan secara efektif berpengaruh besar pada membuat tujuan yang jelas. Banyak penelitian teori dan empiris dalam literatur melaporkan keunggulan dari assesmen portofolio daripada alat assesmen tradisional dalam pendidikan (Asturias, 1994; Baki & Birgin, 2004; Barton & Collins, 1997; Birgin, 2003; Birgin, 2006a; De Fina, 1992; Gilman et al., 1995; Ersoy, 2006; Klenowski, 2000; Kuhs, 1994; Mullin, 1998; Norman, 1998; Sewell et al., 2002). Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

·         Portofolio memberikan banyak cara untuk menilai pembelajaran siswa selama waktu tertentu
·         Dapat menunjukan evaluasi yang lebih nyata dari konten akademik daripada test tertulis.
·         Memungkinkan siswa, orang tua, guru, dan staff untuk menilai kelemahan dan kelebihan siswa
·         Memberikan lebih banyak peluang bagi observasi dan assesmen
·         Memberikan kesempatan untuk siswa untuk menunjukan kelebihan dan kelemahannya.
·         Mendorong siswa untuk mengembangkan beberapa kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi mandiri, pelajar yang memimpin dirinya sendiri
·         Dapat juga membantu orang tua melihat dengan sendirinya sebagai teman dalam proses belajarnya
·         Memungkinkan siswa untuk mengungkapkan dirinya sendiri dengan cara yang nyaman dan untuk menilai pembelajarannya sendiri dan tumbuh menjadi pelajar.
·         Mendorong siswa untuk berfikir secara kreatif untuk membagi apa yang mereka pelajari
·         Meningkatkan dukungan untuk siswa dari orang tua dan meningkatkan komunikasi antara guru, siswa dan orang tua.
·         Mendorong guru untuk mengubah praktik mengajaran  dan ini adalah cara terkuat untuk menghubungkan kurikulum dan pengajaran melalui assesmen

Kesimpulannya, assesmen portofolio memberikan lebih banyak assesmen autentik dan valid untuk prestasi siswa dan pandangan komprehensif terhadap prestasi siswa dalam konteks, dan mendorong siswa untuk berkembang mandiri dan menjadi pelajar yang memimpin dirinya sendiri, dan meningkatkan komunikasi antara guru, siswa, dan orang tua. Ini dapat memberikan peluang untuk pelajar menunjukan kelebihannya dan kekurangannya dan guru dapat mengatur pembelajarannya. Juga dapat mendorong siswa untuk mengambil tanggung jawab pada belajarnya sendiri, dan meningkatkan komunikasi guru dan siswa. Sebagai tambahan, assesmen portofolio memiliki potensi untuk menggambarkan proses belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam jangka waktu tertentu. Sebagai hasil, portofolio memberikan informasi yang detail mengenai perkembangan siswa dalam proses belajar untuk guru, orang tua dan siswa itu sendiri.

(7)   Masalah dan Kekurangan dari Metode Assesmen Portofolio
Meskipun dalam penggunaan portofolio memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan dalam pendidikan, ini juga memiliki kekurangan dan memberatkan. Dengan demikian, ketika ini dikembangkan dan digunakan, kekurangan dan beban harus dipertimbangan. Disamping kekurangan dan beban dari portofolio, tindakan pencegahan harus diambil untuk menanggulangi kekurangan dan beban dari portofolio akan dijelaskan seperti dibawah ini.
Penilaian sebuah portofolio mungkin saja terlihat kurang reliabel atau kurang adil daripada penilaian test pilihan ganda (Cirmanec & Viecknicki, 1994). Ketika kriteria yang spesifik, jelas, dan terukur untuk setiap item digunakan dalam portofolio, reliabilitas dari portofolio dapat meningkat. Jika tujuan dan kriteria assesmen portofolio tidak jelas, portofolio dapat menjadi kumpulan yang bermacam-macam yang tidak dapat mencerminkan perkembangan siswa atau prestasi secara akurat. Dengan demikian tujuan dan kriteria assesmen dari portofolio harus dijelaskan secara mendetail dan jelas.
Kekurangan yang lain dalam penggunaan portofolio adalah membutuhka waktu yang lama untuk guru menilai pekerjaan siswa dan menilai prestasi siswa dalam waktu tertentu dalam kelas yang penuh (Birgin, 2006b). Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan checklist, rubrik, dan bentuk portofolio digital untuk mengurangi waktu dalam penilaiannya (Birgin, 2006b; De Fina, 1992; Lustig, 1996).
Seperti bentuk kualitatif data lainnya, data dari assesmen portofolio sulit untuk dianalisis. Dengan menggunakan chekclist dan daftar observasi dapat memfasilitasi proses analisis. Jika memungkinkan, susunlah portofolio berbasis komputer dan portofolio elektronik untuk memudahkan siswa dalam memeriksa portofolionay dan memberikan makna pada siswa. (Birgin, 2003; Chen et al., 2000; Lankes, 1995).
Ketika membandingkan prestasi siswa dan sekolah berdasarkan nilaiportofolio, pertanyaannya adalah “ditujukan untuk siapa pembelajarannya?”, “apakah siswa mengerjakan pekerjaannya bersama orang lain atau sendirian?” pada suatu waktu didiskusikan. Pernyataan ini mungkin diakibatkan kegelisahan mengenai validitas dan reliabilitas dari assesmen portofolio. Terdapat banyak penelitian yang mendukung pertemuan ini (Herman & Winters, 1994; Geathart & Herman, 1995; Koretz et al., 1994). Pada kasus ini, nilai siswa pada portofolio mungkin tidak memperlihatkan prestasi sesungguhnya. Untuk mengatasi masalah ini, prestasi siswaharis diperhatikan oleh guru secara terus menerus dan mereka harus memperlihatkan pekerjaan mereka.
Mengembangkan kriteria assesmen portofolio, rubrik, dan menentukan pekerjaan dalam portofolio akan sulit untuk guru pada saat pertama kali. Selain itu, mengatur dan menilai portofolio dan memberikan makna untuk siswa dapat memakan waktu (Stecher, 1998). Selain itu, in-service dan pre-service guru harus di beritahu mengenai assesmen portofolio.
Satu masalah dalam menggunakan portofolio adalah untuk menyimpan, untuk mengatasi dan mengontrol portofolio di kelas yang penuh. Juga, menugaskan siswa untuk membawa bahan portofolio untuk setiap kelas dapat memberatkan. Untuk mengatasi masalah ini, portofolio elektronik (e-portofolios) sangat mudah dalam penggunaannya untuk disimpan, diatasi dan dikontrol (Baki et al., 2004; Chen et al., 2000).
Masalah lain dari assesmen portofolio adalah dukungan dari orang tua dan komunitas untuk sesuatu yang baru dan tidak familiar dalam sistem assesmen. Kebanyakan orang tua terbiasa menerima lembar penilaian anaknya pada buku raport di akhir tahun. Perubahan akan sulit untuk orang tua menerima atau menyesuaikan diri tanpa dampak yang besar bagi pendidikan mereka sebagaimana biasanya dan keuntungan dari sistem baru ini (Thomas et al., 2005). Selain itu, orang tua harus terlebih dahulu dibuat peduli terhadap apa yang terjadi untuk menyalurkan metode assesmen yang baru pada saat awal tahun ajaran baru. Juga, setidaknya dalam satu bulan, orang tua harus di ikutsertakan berdiskusi dan melihat portofolio anak mereka bersama dengan guru. Orang tua harus menjadi bagian esensial dalam proses assesmen, dan diikutsertakan sebagaimana rekan dan pimpinan.
Konsekuensinya, kekurangan yang terpenting dari portofolio adalah bahwa rendahnya reliabilitas dari nilainya. Untuk mengatasi masalah ini, rubrik harus digunakan dalam penilaian dari hasil kerja siswa. Selain itu, keadaan assesmen portofolio yang baru menuntut guru seperti waktu pengembangan secara profesional untuk belajar portofolio, waktu persiapan untuk membuat bahan baru dan pembelajaran, untuk menghasilkan dan menyaring bagian portofolio. Guru juga perlu tambahan waktu untuk menilai dan mengomentari pekerjaan siswa. Seperti halnya dengan syarat untuk memaksa guru melihat portofolio sebagai beban yang bermanfaat dengan hasil yang nyata dalam pembelajaran dan motovasi siswa (Koretz et al., 1994; Stecher, 1998). Ini adalah fakta penting dalam penerapan portofolio. Untuk menuasai dengan kemungkinan yang kecil atua kekurangan dari portofolio, guru yang memilih menggunakan portofolio harus terdidik sebelumnya, dibantu, dan didukung dalam proses penerapan portofolio oleh seorang yang ahli.




HASIL DAN SARAN
Sangat diperlukan untuk menilai prestasi belajar siswa sebagai individu atau dalam sebuah kelompok selama proses pembelajaran daripada menilai dengan metode tradisional atau metode pilihan ganda. Portofolio adalah metode assesmen alternatif  untuk melihat perkembangan siswa dan menilai prestasi mereka selam proses belajar. Selain itu, portofolio adalah alat assesmen yang berbasis pendekatan belajar kontemporer seperti teori belajar kontruktivisme, teori multiple intelligensi dan teori pembelajaran brain-based.
Assesmen portofolio memungkinkan siswa untuk mencerminkan prestasi mereka sesungguhnya, untuk menunjukan kelebihan dan kekurangan meraka dalam satu bidang dan untuk melihat perkembangan siswa selama proses belajar, dan mendorong siswa untuk mengambil tanggungjawab pada pembelajaran mereka sendiri. Selama portofolio memungkinkan pengumpulan informasi dari beberapa sumber seperti seperti orang tua siswa, teman, guru, dan dirinya sendiri, ini memberikan guru memiliki informasi yang reliabel mengenai siswa. Semua itu merupakan alat yang penting untuk menilai produk dan proses belajar siswa. Perbedaan teoritis dan penggunaan penelitian memperlihatkan bahwa portofolio dapat digunakan dalam pembelajaran dan alat assesmen (Birgin, 2007; Ersoy, 2006; Klenowski, 2000; Kuhs, 1994; Norman, 1998). Dengan demikian, portofolio memiliki potensi yang memungkinkan siswa untuk belajar selama penilaian dan dinilai selama pembelajaran (to assess for learning and to assess of learning). Oleh karana itu, ini harus digunakan dalam pendidikan sekolah menengah untuk berbagai mata pelajaran seperti sains dan teknologi, matematika, ilmu sosial untuk melihat perkembangan siswa selama proses belajar dan memberikan bantuan yang dibutuhkan dalam prestasi mereka.
Selama persiapan dari sebuah portofolio, pertama-tama, penting untuk menentukan tujuan dari portofolio, untuk merencanakan itemnya yang mencakup perbedaan kemampuan siswa dan dimensi belajar (kognitif, emosional, dan psikomotor) dan untuk menjelaskan kriteria assesmen secara jelas. Selanjutnya, ini harus mempertimbangkan bahwa terdapat perbedaan yang luas sedangkan portofolio memiliki penggunaan yang terbatas. Haruslah menggunakan portofolio berbasis komputer dan elektronik portofolio untuk mengurangi masalah seperti membawa, mencapai dan menyimpan portofolio. Mempertimbangkan situasi ini, akan mengurangi beban dalam kelas yang penuh di Turki.
Efektifitas dalam menggunakan portofolio sebagai pembelajaran dan alat assesmen bergantung pada penguasaan dan pengalaman guru yang menggunakannya dalam skala besar. Bagaimanapun, beberapa penelitian (Birgin, 2003; Çakan, 2004; Özsevgeç et al., 2004; Yiğit et al., 1998) menekankan bahwa guru yang tidak memiliki cukup pengetahuan dan pengalaman mengenai metode assesmen portofolio dan metode alternatif lainnya. Menyatakan bahwa guru yang tidak memiliki cukup informasi mengenai assesmen portofolio dalam sebuah seminar pengaturan terdapat program pendidikan menengah yang baru (Battal, 2006; Birgin & Tutak, 2006). Dengan demikian, hal ini penting untuk mengajarkan guru mengenai penggunaan alat assesmen dari portofolio yang memiliki potensi yang sangat besar dalam sistem pendidikan Turki selama pendidikannya dan untuk mengenalkan ini kepeda guru dalam membatu belajar mata pelajaran. Dalam konteks ini, guru pre-service, harus memiliki pengalaman mengenai metode assesmen kontemporer seperti portofolio selama pembelajaran mereka jadi mereka akan menggunakan ini pada mata pelajaran mereka dimasa depan.
Hal ini harus disampaikan kepada guru tentang penjelasan materi secara mendetail dengan contoh metode assesmen portofolio yang dapat digunakan dalam kurikulum sekolah menengah, dan matapelajaran in-service yang komprehensive harus didukung pelaksanaannya dengan staff yang profesional. Kementrian Pendidikan Nasional harus melayani pelayanan online elektronik sehingga guru dapat memeriksa dan berbagi meteri yang berbeda dan contoh mengenai portofolio.
Kepala sekolah harus menyusun perbedaan aktifitas perkembangan yang saling berhubungan dengan program pendidikan baru sehingga guru bisa mengatur diri sendiri dengan tujuan mengembangkan secara profesional dan dapat diterapkan metode kontemporer dalam mata pelajaran dan, harus membuat ukuran untuk mendorong implementasi dari program yang baru. Selain itu, kepala sekolah harus memberitahu orang tua dan siswa selama proses penerapan portofolio dan mengatur pertemuan untuk orang tua secara teratur. Dalam pertemuan ini, orang tua harus diberitahu dengan baik mengenai assesmen portofolio dan kepentingannya untuk guru dan siswa.
Kesimpulannya, walaupun portofolio adalah alat yang penting untuk menialai prestasi siswa, hal ini tidak akan menghilankan masalah dari menghilangkan pengukuran dan penilaian dalam sistem pendidikan di Turki. Jadi ini tidak seluruhnya benar utnuk meninggalkan metode assesmen tradisional, dan menerima suatu assesmen yang baru. Selain menggunakan metode assesmen portofolio, menggunakan metode assesmen lain akan menjadikan informasi mengenai siswa lebih reliabel. Pada akhirnya, hal ini jangan sampai dilupakan bahwa menggunkan metode assesmen alternatif dan tradisional dengan waktu tepat akan sangat berguna.

Keterangan
Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan Prof. Dr. Mehmet Küçük dan bantuin Prof.Dr. Muammer Çalık atas dukungan dan pengembangan kualitas tulisan.

translator masih dalam tahap belajar, jadi mohon koreksinya,
semoga tulisan ini bermanfaat,

alamat jurnal (dalam bhs.Inggris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.