Rabu, 27 Maret 2013

Penggunaan Portofolio untuk Menilai Kemampuan Siswa

Tulisan ini merupakan terjemahan dari jurnal yang berjudul "The Use of Portofolio to Asses Student's Performance",


ABSTRAK
Perkembangan pendidikan pada saat ini seperti teori kotruktivisme dan multiple intelligence mengakibatkan kecenderungan baru pada masyarakat yang menyebabkan perubahan besar pada pendekatan pembelajaran dan assesmen tradisional. Untuk alasan ini, dibutuhkan pendekatan alternatif dalam teknik assesmen yang digunakan untuk berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, ilmu alam, dan ilmu sosial dengan demikian diperlukannya portofolio. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan metode assesmen portofolio yang biasanya digunakan pada pembelajaran kontekstuan baru-baru ini. Untuk mencapai tujuan ini, beberapa inlembarasi mengenai portofolio seperti definisinya, proses pengembangannya, pemilihan materinya, keuntungan dan kerugiannya akan dijelaskan. Begitu pula, perbandingan antara assesmen portofolio dengan salah satu metode tradisional dalam kaitannya pada aspek yang berbeda. Selanjutnya, untuk mengembangkan metode assesmen portofolio secara efektif terdapat saran yang telah disediakan.

PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan dan permintaan dalam sains dan masyarakat telah mempengaruhi pendidikan. Khususnya teori seperti kontruktivisme dan multiple-intelligensi dan kecenderungan baru dari masyarakat seperti pasar tenaga kerja, kebutuhan informasi yang menghasilkan perubahan besar pada pendekatan tradisional dalam pembelajaran, mengajar, dan assesmen. Sejak pendekatan pembelajaran berubah, mempengaruhi juga prosedur dan pendekatan assesmen (Fourie & Van Niekerk, 2001). Sebagai contoh, tujuan utama dari pembelajaran akademis pada awalnya menuntut siswa untuk mengetahui bebrapa bidang. Mulai dari pembelajaran sebagai pengetahuan dasar menjadi sangat penting, pendekatan behaviorisme pada umumnya menggunakan pembelajaran yang tradisional. Pada pendekatan pembelajaran ini, pengetahuan hanyalah melulu tentang meringkas, dan proses “pembelajaran” serta “pengajaran” dipandang sebagai proses individual, dan “pembelajaran” dipahami sebagai kumpulan dari penyampaian stimulus-respon. Pelatihan dan latihan merupakan hal penting dalam proses ini. Begitu pula, assesmen dari latihan itu sebagian besar didasarkan pada pengetesan pengetahuan dasar. Karena, bukti dari pembelajaran pada pendekatan ini biasanya diperlihatkan dari perubahan perilaku dan peningkatkan jawaban benar pada test dan perubahan antara pre-test dan end-test, test seperti pilihan ganda, benar salah, mencocokan soal digunakan untuk assesmen. Pendekatan assesmen tradisional kebanyakan hanya medorong siswa untuk mengingat urutan atau alogaritma daripada pengusaan konsep, dan tidak fokus, membagi komponen dalam suatu bidang (Dochy, 2001). Juga, test ini memberikan sedikit informasi yang berguna tentang pemahaman siswa dan pembelajaran tidak cukup untuk menilai kemampuan kognitif yang lebih tinggi seperti problem solving, berfikir kritis, dan pemaparan alasan (rimberg, 1993), tidak dapat menjelaskan tentang kemampuan siswa dalam mengolah innformasi yang relevan (Shepard, 1989), dan menilai apa yang mudah untuk test tentang ingatan sebagai kemempuan pemahaman dan prusedur (Mumme, 1991).

Kamis, 21 Maret 2013

TERBENTUKNYA PULAU-PULAU DI INDONESIA


Seperti yang kita ketahui bersama, Negara kita, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. 2/3 wilayahnegara kita adalah berupa lautan dengan sisanya berupa ribuan pulau yang saling sambung menyambung dari Sabang sampai Merauke. Kurang lebih jumlah pulau di negara kita sekitar 12.000 pulau. Sebelum kita membahas tentang proses terbentuknya pulau-pulau di negara kita tercinta, Indonesia. "Negeri 1000 pulau" atau yang sering kita sebut pula "Zamrut Khatulistiwa". Kita akan membahas terlebih dahulu evolusi bentuk permukaan bumi. Dalam perjalanan evolusinya, bentuk permukaan bumi selalu berubah-ubah. Hal itu disebabkan oleh berbagai peristiwa alam seperti gerakan pengankatan (orogenesa), gerakan pengikisan (erosi), dan kegiatan gunung api. Orogenesa mengakibatkan munculnya daratan-daratan baru yang berupa lapisan-lapisan tanah terlipat, miring, berbukit-bukit, atau kerut-kerut. Sementara erosi yang disebabkan oleh hujan, aliran sungai, hembusan angin, dan gletser bisa mengikis tanah daratan dan pegunungan-pegunungan yang sudah ada. Kekuatan alam semacam itu menggerakkan atau memindahkan berbagai macam batuan, kerikil, pasir, lumpur atau debu dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Sementara letusan gunung berapi bisa menyemburkan bebatuan, kerikil, lahar, laba dan abu ke daerah-daerah sekitarnya baik ke daratan rendah maupun laut. 

Setelah kita mengetahui proses evolusi bentuk permukaan bumi, sekarang kita akan membahas bagaimana pulau-pulau di indonesia terbentuk. Pulau-pulau di Indonesia diperkirakan terbentuk pada zaman Tersier (65 - 1,7 juta tahun lalu), yang terbagi-bagi lagi menjadi zaman Miosen (12 juta tahun SM); Palaeosen ( 70 juta tahun SM); Eosen (30 juta tahun SM); Oligasen (25 juta tahun SM) dan selanjutnya. Namun demikian secara fisik kepulauan di Indonesia pada kala itu masih labil, sebagai akibat gerakan-gerakan bumi yaitu orogenesa. Orogenesa adalah gerakan pengangkatan dan penurunan, aktivitas gunung berapi, gempa bumi, erosi oleh aliran sungai, angin, hujan dan sebagainya. Orogenesa ini pada suatu saat , yaitu zaman tersier, mengakibatkan sebagian wilayah Indonesia diselimuti oleh laut.

Rabu, 20 Maret 2013

LATAR BELAKANG PENELITIAN



Penilaian (assessment) merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran. Penilaian juga seringkali digunakan sebagai cara untuk mengetahui adanya indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran. Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. 
(Depdiknas, 2006):
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk
tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya
berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Menurut Arifin (2009), masih banyak ditemui bahwa didalam proses pembelajaran, guru kurang bahkan enggan melaksanakan penilaian. Guru hanya senang melaksanakan kegiatan pembelajaran saja tanpa diikuti dengan kegiatan penilaian. Dalam praktik penilaiannya pun, guru juga kurang menggunakan jenis dan instrumen penilaian yang bervariasi, kurang menghargai peserta didik, dan tidak adil. Penilaian lebih banyak diarahkan pada pengusaan bahan/materi (content) yang diujikan dalam bentuk tes objektif. Sebagian di beberapa negara dewasa ini sudah meninggalkan berbagai bentuk tes, seperti tes isian, uraian, menjodohkan, bnar dan salah, dan khususnya tes pilihan ganda yang dianggap orang sudah tidak memberikan kontribusi bermakana bagi kemajuan pendidikan. Penggunaan tes sebagai salah satu alat penilaian sedikit demi sedikit bergeser ke penggunaan penilaian bentuk lain.

Berdasarkan Depdiknas penggunaan portofolio dapat digunakan sebagai salah satu teknik penilaian. Penilaian portofolio juga seharusnya sudah diterapkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Salah satu alasan penilaian portofolio digunakan dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah karena adanya ketidak puasan terhadap penggunaan tes yang dianggap tidak mampu menampilkan kemampuan siswa secara menyeluruh. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan tes adalah tes yang secara tradisional digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran. Tes tersebut kebanyakan berbentuk tes objektif dimana hanya ada satu pilihan jawaban yang benar. Tes tersebut dikembangkan dalam format pilihan ganda (Marhaeni, 2006). Penilaian portofolio dalam hal ini dijadikan sebagai alternatif penilaian yang dapat dikembangkan. Alternatif penilaian yang dimaksud adalah penilaian portofolio bukanlah sebagai alternatif pengganti tes, tetapi sebagai alternatif pendamping tes yang digunakan untuk melengkapi tes sehingga tes tidak menjadi satu-satunya informasi dalam penilaian pembelajaran. (Wulan, 2009).